Senin 27 May 2019 17:47 WIB

Estafet dan Jatuh Bangun Khalifah

Khalifah-khalifah sepeninggal Rasulullah diklasifikasikan ke dalam empat kategori.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad bin Abdullah al-Qalqasyandi dalam karya monumental terakhirnya yang berjudul Maatsir al-Inafah Fi Maalim al-Khilafah membagi kitabnya ke dalam tiga jilid. Jilid pertama berisikan tentang segala hal yang berkaitan tentang khilafah.

Mulai dari definisi, baik menurut kacamata bahasa maupun istilah syariat, objek khilafah, gelar dan julukan yang disandang khalifah, cara sah tegaknya khalifah, kewajiban khalifah terhadap rakyat, serta syarat-syarat kepemimpinan yang merupakan modal utama seorang khalifah.

Baca Juga

Lebih jauh, al-Qalqasyandi menyebutkan, khalifah-khalifah sepeninggal Rasulullah sampai khalifah yang berkuasa semasa al-Qalqasyandi itu diklasifikasikan ke dalam empat kategori tingkatan.

Tingkatan pertama, yaitu para Khulafa Rasyidun. Jumlah mereka ada lima, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Hasan bin Ali.

Tingkatan khalifah yang kedua adalah khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa kurang lebih selama 90 tahun dengan pusat pemerintah berada di Syam.

Total keseluruhan Khalifah Bani Umayyah adalah 14 pemimpin, mulai dari khalifah pertama, yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan sampai Marwan bin Muhammad bin al-Hakam.

Kemudian, tingkatan yang ketiga terdiri atas para Khalifah Bani Abbas yang berjumlah 37 khalifah. Khalifah yang pertama yaitu Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad yang terkenal dengan julukkan as-Saffah (sang pembantai), dan khalifah Abbasiyah yang terakhir ialah al-Mu'tashim Billah.

Dinasti mereka akrab dikenal dengan Dinasti Abbasiyah dengan Irak sebagai pusat pemerintahan. Dinasti Abbasiyah mengklaim bahwa kekhalifahan mereka mendapatkan legitimasi kuat dari hadis Rasulullah.

Diriwayatkan, ketika itu al-Abbas bin Abd al-Muthallib memuji Rasulullah SAW. Lantas Nabi Muhammad SAW bersabda, "Maukah aku (Rasulullah) sampaikan kabar gembira kepadamu, wahai Paman? Kabar itu ialah risalah kenabian yang berakhir kepadaku dan khalifah yang akan berakhir di keturunanmu."

Titik inilah yang menjadi bias keberpihakan al-Qalqasyandi terhadap Dinasti Abbasiyah. Kecenderungan al-Qasyandi dalam mendukung Dinasti Abbasiyah terlihat saat memaparkan legitimasi atas legalitas pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Padahal, tidak hanya Dinasti Abbasiyah, hampir tiap dinasti melakukan hal serupa guna memperkuat propaganda kepada rakyat.

Berikutnya, level terakhir atau keempat yaitu para khalifah Dinasti Abbasiyah yang berada di Mesir. Total keseluruhan ada 11 khalifah. Berawal dari khalifah pertama, yaitu al-Muntashir Billah dan berakhir pada al-Mu'tadlid Billah.

Al-Qalqasyandi memaparkan pula tentang lokasi pusat pemerintahan khilafah. Disertai dengan penjelasan tentang khalifah yang menempatkan kekuasaan mereka di wilayah tersebut. Ada empat wilayah yang pernah dijadikan sebagai pusat khilafah, yaitu Madinah, Syam, Irak, dan Mesir.

Tak kalah penting, al-Qalqasyandi mengemukakan, kelompok pemberontak yang mengklaim berhak atas khilafah, utamanya selama Dinasti Abbasiyah berkuasa di tanah Arab. Di antara kubu yang dianggap sebagai pemberontak adalah keturunan Umayyah yang berdomisili di Suriah, Bani Ubaid, dan Bani Khafash.

Karena isinya menjelaskan secara terperinci sistem pemerintahan Islam dan para khalifah yang pernah memimpin negeri-negeri Muslim dari masa Khulafa Rasyidun hingga Dinasti Abbasiyah, kitab Maatsir ini sangat layak dikaji oleh setiap Muslim, termasuk para calon pemimpin, sebagai bahan renungan dan refleksi sejarah.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement