Sabtu 13 Apr 2019 18:00 WIB

Mengenal Asal Menara Masjid

Menara masjid biasanya merupakan bangunan menjulang tinggi.

Foto kawasan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB dengan menara 99 Asma'ul Husna atau minaret masjid setinggi 99 meter di Mataram, Ahad (4/6).
Foto: Republika/Eka Ramdani
Foto kawasan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB dengan menara 99 Asma'ul Husna atau minaret masjid setinggi 99 meter di Mataram, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Jika pada masa lalu bumbung masjid, menara mercusuar, dan puncak Ka'bah menjadi tempat muazin mengumandangkan azan, kini fungsi yang sama dijalankan oleh bangunan menjulang di masjid yang disebut menara. Kata 'menara' berasal dari baha sa Arab manara yang berarti rumah api.

Menara masjid biasanya merupakan bangunan menjulang tinggi yang dilengkapi pengeras suara untuk azan. Letak menara masjid kebanyakan merupakan tambahan pada bangunan utama masjid. Ada menara yang dibangun menyatu dengan bangunan masjid, tapi banyak pula menara masjid yang letaknya terpisah dari bangunan utama masjid.

Baca Juga

Meski kini menjadi bagian dari bangunan masjid, menara ternyata belum dikenal pada masa Rasulullah SAW. Sejarah mengenai menara masjid salah satunya dijelaskan Jonathan M Bloom dan Sheila Blair (2009) dalam The Grove Encyclopedia of Islamic Art and Architecture Volume 2.

Sepanjang masa Rasulullah dan para Khulafaur rasyidin (632-661), azan dikumandangkan di tempat-tempat umum, seperti tempat keluar masuknya orang (pintu atau gerbang), tempat-tempat yang tinggi, seperti atap masjid dan bangunan tinggi yang ada di sekitar masjid.

Tokoh terkemuka Inggris yang meng kaji arsitektur Islam, Keppel Archibald Cameron Creswell, mengatakan, masjid yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah (Masjid Quba) tidak memiliki menara.

"Pada saat Nabi Muhammad membangun masjid itu, menara belum dikenal. Menara pertama kali berdiri di samping masjid 41 tahun setelah beliau wafat," tulis Creswell dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 4: Pemikiran dan Peradaban (2005).

Begitu pula pada era kepemimpinan Khulafaurrasyidin, masjid-masjid yang dibangun tidak dilengkapi menara. Hanya, menurut Creswell, ada semacam ruang kecil di puncak teras masjid sebagai tempat muazin mengumandangkan azan.

Sementara, sumber-sumber literatur yang dikutip Bloom dan Blair menyebut kan, beberapa di antara masjid terdahulu diperkirakan memiliki semacam flat di atas atapnya. Bangunan kecil itu berfungsi sebagai tempat tinggal muazin.

Ia dapat dicapai menggunakan tangga (yang dapat dipindahkan ataupun yang permanen) dan merupakan pelopor menara tangga. Contoh menara tangga paling tua adalah yang terdapat di Masjid Raya Bosra di Suriah.

Prasasti yang ditemukan secara terpisah-pisah menunjukkan, menara tangga itu dibuat pada 102 H (720-721 M). Beberapa menara tangga lainnya yang dibangun setelah periode tersebut ditemukan di Mesir, Afrika Timur, Turki, dan sepanjang Teluk Persia.

Memang, pada mulanya, menara masjid tidak berdiri sendiri, tapi menyatu dengan bangunan masjid, seperti pada Masjid Damaskus dan Masjid Nabawi. Namun, dalam perkembangannya, sudah ada menara masjid yang dibangun terpisah dengan bangunan masjid utama, seperti menara Masjid Agung Samarra dan menara Masjid Abu Dulaf di Irak.

Bentuk-bentuk menara masjid yang ada saat ini menjadi bervariasi. Ada yang berbentuk klasik, variasi, segi empat, menara spiral, dan menara silinder. Pada menara klasik, lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi segi delapan, kemudian tower silinder dengan puncak sebuah kubah kecil. Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun pada abad ke-11 Masehi semasa pemerintahan Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah, termasuk jenis ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement