Senin 08 Apr 2019 18:29 WIB

Masa Kecil Syekh Muhammad Matwali Asy-Sya'rawi

Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi merupakan ulama besar dari abad 20.

Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi
Foto: tangkapan layar google images
Syekh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mesir merupakan negeri yang melahirkan cukup banyak kaum terpelajar Muslim. Salah satu ulama berpengaruh di paruh kedua abad ke-20 adalah Syaikh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi.

Jangkauan dakwah pria kelahiran Provinsi ad-Daqahliyah, Mesir, ini mencakup lintas kalangan. Sosok yang menghafal Alquran sejak usia 11 tahun itu dikenal luas sebagai dai paling populer di tengah masyarakat Mesir. Sampai-sampai, koleganya sesama dai menjulukinya "pemimpin para dai" (Imam ad-Du'at). Ulama yang wafat tahun 1998 itu juga sempat berkiprah di pemerintahan. Dalam satu periode sejak November 1976, dia menduduki jabatan sebagai menteri bidang wakaf Mesir.

Baca Juga

Syaikh Muhammad Matwali asy-Sya'rawi merupakan pribadi yang tekun. Sosok yang masih keturunan Khalifah Ali bin Abi Thalib ini menempuh pendidikan dasar di madrasah al-Azhar, Kota az-Zaqaziq, hingga lulus pada 1923. Asy-Sya'rawi muda melanjutkannya ke madrasah setingkat SMP di tempat yang sama.

Salah satu mata pelajaran kegemarannya adalah bahasa dan sastra Arab. Bahkan, ia sempat terpilih menjadi ketua perhimpunan sastrawan di kota tempatnya belajar. Agaknya, ketertarikannya pada dunia sastra membuatnya piawai dalam menyampaikan dakwah Islam di kemudian hari.

Begitu lulus dari pendidikan menengah, asy-Sya'rawi awalnya ingin menekuni dunia pertanian, alih-alih akademis. Keinginannya ini rupanya dipengaruhi apa-apa yang dilihatnya selama di az-Zaqaziq. Asy-Sya'rawi tidak sendirian menempuh SD hingga SMA di kota tersebut. Dia cukup sering berinteraksi dengan beberapa saudaranya yang bekerja sebagai petani, sebagaimana orang tuanya sendiri.

Akan tetapi, ayah dan ibu asy-Sya'rawi kurang berkenan anaknya itu mengikuti jejak mereka. Atas dorongan keduanya, asy-Sya'rawi mendaftarkan diri ke Departemen Bahasa Arab pada Universitas al-Azhar, Kairo, pada 1937. Dia lolos dengan nilai yang cukup memuaskan.

Tiga tahun lamanya asy-Sya'rawi menimba ilmu di kampus terhormat itu. Selama menjalani status sebagai mahasiswa, dia juga ikut dalam pergerakan antikolonial dan diskusi-diskusi politik. Konteks situasi Mesir pada dasawarsa 1930-an cukup hangat soal kedaulatan nasional terhadap kepentingan-kepentingan Barat, utamanya Inggris Raya.

Hingga tahun 1952, Mesir merupakan wilayah protektorat di bawah Inggris Raya.

Asy-Sya'rawi mendapatkan gelar sarjana dari Universitas al-Azhar pada 1941. Setelah itu, dia menempuh pendidikan master tiga tahun lamanya. Akhirnya, dia berhak memeroleh sertifikat izin mengajar. Sebagai guru, asy-Sya'rawi mengamalkan ilmunya di tiga kota, Thanta, az-Zaqaziq, dan Iskandariah.

Pada 1950, dia berkesempatan hijrah ke Universitas Ummul Quraa, Mekkah. Sepuluh tahun lamanya dia mendalami dan mengajarkan ilmu syariah di sana. Pada 1960, Institut Tanta Azhary mendaulatnya sebagai direktur. Baru satu tahun bekerja, pemerintah Mesir memanggilnya untuk menjalani tugas sebagai inspektur bidang peningkatan pengetahuan pada Kementerian Wakaf. Waktu itu, hubungan bilateral Mesir dengan Arab Saudi sedang memburuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement