Ahad 20 Jan 2019 12:41 WIB

Burung dalam Peradaban Islam

Burung banyak memiliki kegunaan antara lain sebagai penyampai pesan.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Burung merpati beterbangan di sekitar Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Burung merpati beterbangan di sekitar Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlakuan terhadap hewan, termasuk burung masuk dalam catatan peradaban Islam. Menghor mati seluruh makhluk, termasuk burung di alam ini merupakan ajaran Islam. Ada banyak hadis yang menjelaskan tentang perintah agar bersikap baik kepada seluruh makhluk.

Salah satu sahabat, yakni Abu Hurairah bertanya: "Ya Rasulullah! apakah ada hadiah untuk kita dalam melayani binatang? Dia menjawab: "Ya, ada hadiah untuk melayani binatang hidup (makhluk hidup)."

Di dalam ayat Alquran pun diterangkan tentang tanggung jawab manusia dalam berinteraksi dengan hewan. Rasulullah pun telah mengajarkan untuk berbelas kasih kepada seluruh makhluk ciptaan Allah.

Perintah Alquran agar menghormati dan menyayangi seluruh makhluk di muka bumi bisa jadi menjadi alasan peradaban Islam begitu mencintai dan menghormati burung. Hingga sekarang banyak burung-burung berkeliaran dibiarkan oleh umat Islam, meskipun burung-burung tersebut berkeliaran di tempat suci, seperti masjid.

Dalam sejarah peradaban Islam disebutkan, burung banyak memiliki kegunaan antara lain se bagai penyampai pesan. Dia bisa berfungsi sebagai penerima dan pengantar pesan ke berbagai kota. Al-Nuwayri, seorang penulis sejarah Islam bercerita tentang seorang Khalifah Fatimid abad ke-10. Waktu itu 600 merpati dilepaskan, masing-masing burung terdapat satu ceri di dalam tas sutra yang diikat di kaki burung tersebut.

Khalifah Fatimid juga pernah mempunyai 1.2 ribu ceri segar dari Libanon yang datang melalui pengiriman pos udara yaitu merpati. Ada banyak cerita lainnya dalam peradaban Islam tentang kegunaan burung.

Bahkan burung juga menjadi inspirasi ilmuwan Islam yaitu Ibnu Firnas. Dia melakukan eksperimen cara penerbangan dengan mempelajari cara bu rung terbang. Pada 852 M, dia melompat dari pun cak Menara masjid Agung di Cordoba. Perangkat terbang yang ia ciptakan didasarkan anatomi burung.

Eksperimen yang dilakukannya gagal meluncur. Namun, hasil eksperimen tersebut membuat proses jatuh yang melambat, sehingga meminimalisasi cedera. Beberapa orang berasumsi eksperimen ini menjadi tampilan awal dari parasut. Burung juga sering digunakan dalam tradisi literal peradaban Islam. Ia sering tampil dalam banyak cerita, puisi atau mitos. Dia digunakan sebagai metafora guna menggambarkan tentang spiritual dan lain sebagainya.

Tidak hanya sastra, burung juga digunakan pada karya-karya ilmiah dalam khazanah peradaban Islam. Keberadaan burung pada karya ilmiah dalam disaksikan dalam banyak manuskrip dari zoologi hingga astronomi.

Merawat burung sudah menjadi kebiasaan po pular dalam peradaban Islam. Tujuannya tak lepas dari dua hal yaitu bentuk pemuliaan dan balap burung. Budaya balap burung ini masih berlangsung di beberapa negara Islam saat ini. Meskipun, terdapat kontroversi karena pada kegiatan ini sering kali terjadi praktik perjudian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement