REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad pertama Hijriyah hingga suku-suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki dalam dunia Islam semakin terasa pada masa pemerintahan al-Musta'sim, khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah.
Sejak masa itu, bangsa Turki dari berbagai suku senantiasa terlibat dalam jatuh bangunnya berbagai dinasti di daerah mana mereka bertempat tinggal dan mengabdi.
Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan, dalam sejarah umat Islam, Turki memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam pengembangan wilayah (futuhat) Islam. Turki pernah menjadi negara adikuasa di dunia, yaitu ketika berada di puncak keemasannya pada masa Kesultanan Ottoman.
Turki juga membuka kunci sejarah panjang, yakni menaklukan Konstantinopel mengakhiri kekuasaan kekaisaran Romawi Timur (Bzantium) dan selanjutnya membawa Islam ke Eropa.
Bangsa Turki Ottoman yang kemudian menjadi penguasa Ottoman berasal dari Asia Tengah, termasuk suku Kayi, salah satu kabilah Turki yang sangat terkenal. Pada abad ke-11 mereka berimigrasi ke arah barat dan menetap di Akhlat (Iran Utara).
Kemudian, kabilah ini melanjutkan perjalanan ke Anatolia (Asia Kecil) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Seljuk Konya pimpinan Alauddin Kay-Qubadh.
Setelah Sultan Alauddin meninggal, sekitar 130 ribu orang-orang Turki segera memproklamasikan kemerdekaan Kesultanan Ottoman dengan Usman I sebagai sultannya. Wilayahnya mencakup bekas kekuasaan Dinasti Seljuk.
Puncak keemaasan Kerajaan Ottoman terjadi pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566) yang terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung dan Sulaiman al-Qanuni.
Di bawah pemerintahannya berhasil disatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimeria, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hungaria, Rumania, sampai ke batas sungai Danube dengan tiga lautan, yakni Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hitam.