Jumat 07 Jun 2019 04:04 WIB

Tanggung Jawab

Marilah kita laksanakan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yusuf Mansur

JAKARTA --  Jika kita punya kontrakan, sebenarnya kontrakan itu punya siapa? Secara konsepsi, ilahiyah, dan tentu kita sebagai makhluk spiritual, tidak bisa melepaskan diri dari konsep ilahiyah bahwa sesungguhnya kontrakan tersebut bukanlah milik kita. Allahlah yang punya yang “dipinjamkan” kepada kita.

Lalu setelah kita tahu secara konsep ilahiyah itu adalah milik Allah, apa yang kemudian pesan yang diberikan kepada kita dan harus kita bawa? Di antaranya adalah supaya kita mau dan selalu mengingat Allah, mau bersyukur. Dan, kontrakan itu sebagai wasilah agar hal itu menjadi jalan bagi orang lain (yang mengontrak) untuk juga mengingat dan patuh kepada Allah.

Dengan demikian, ketika kita punya kontrakan, jangan sampai kontrakan itu hanya jadi urusan dunia belaka, sewa menyewa, dan lainnya. Tetapi lebih dari itu, hendaknya kita selalu dekat dengan Allah karena hakikatnya, kontrakan itu hanyalah “pinjaman” dari Allah. Dari situ nantinya, Allah akan menanyakan soal kontrakan itu, apakah harta dan amanah yang dititipkan kepada kita itu bisa dilaksanakan dengan baik atau tidak.

Begitu pula soal perusahaan, lembaga, negara, dan lainnya. Jabatan yang diberikan atau yang kita emban saat ini adalah amanah Allah, kontrakan Allah yang dititipkan kepada kita. Pertanyaannya, bagaimana kita mengelola perusahaan, mengelola negara, mengelola amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab dan berkeadilan.

Kontrakan yang yang telah diamanahkan jangan sampai disalahgunakan untuk kepentingan sesaat yang menyesatkan. Apalagi, kontrakan yang diberikan hanya untuk kepentingan kelompoknya saja, tanpa mau peduli yang memberikan “amanah” kepada kita. Sebagai pemilik di dunia, kita berharap, orang yang mengontrak tidak menggunakan kontrakan itu untuk kepentingan yang tidak benar, misalnya, untuk berzina, bermaksiat, membuat obat terlarang, dan lainnya. Walaupun si pemilik kontrakan di dunia tidak tahu, sesungguhnya pemilik yang sebenarnya, yakni Allah, adalah Mahatahu segalanya.

Kalau kita menyadari hal ini dengan baik, niscaya segala yang diamanahkan bisa kita laksanakan dengan baik tanpa harus merugikan orang lain. Ini baru contoh satu kontrakan, bagaimana kalau satu kompleks perumahan, bahkan satu negara?

Karena itu, kontrakan yang diamanahkan gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Jabatan yang diemban laksanakanlah dengan penuh tanggung jawab. Jangan diselewengkan. Ingatlah, Allah Maha Mengawasi segala perbuatan kita. Tak ada satu pun yang luput dari pengawasannya.

Oleh karena itu, marilah kita laksanakan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Sebab, tak ada jabatan apa pun yang kita pangku, kecuali akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Bagi pembaca Republika, mari kita saling mengingatkan dan menasihati. Pemimpin yang keliru, ayo diluruskan. Jangan pernah bosan apalagi malas-malasan. Dan, bagi pemimpin yang telah diingatkan, ingatlah bahwa kepemimpinan itu akan dimintai pertanggungjawaban. Semoga Allah memudahkan semua urusan kita dan membimbing kita semua ke jalan yang diridhai-Nya. Salam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement