REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ramadhan disebut juga sebagai bulan bersedekah. Maka tidak heran masjid dan tempat-tempat seperti panti asuh an didatangi orang untuk ber sedekah. Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah.
Pada bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk." (HR al-Baihaqi, disahihkan al- Albani dalam Shahihul Jami', 1.744).
Sayangnya, sifat kedermawanan kita saat ini tidaklah konsisten. Karena setelah Ramadhan berlalu, berlalulah sifat kedermawanan kita. Padahal, seharusnya tidak demikian. Ramadhan hanyalah bulan pelatihan. Bila kita mampu bersedekah, mengapa perbuatan baik ini harus menunggu bulan Ramadhan yang akan datang?
Mengenai sedekah memang kita tidak bisa menandingi yang dilakukan para sahabat Rasulullah SAW. Mereka tidak segan untuk mengorbankan harta bahkan jiwa untuk Islam dan patut kita teladani.
Mereka tidak takut menyedekahkan hartanya, bahkan tidak jarang harta yang ada pada mereka disedekahkan seluruhnya. Sehingga Nabi berkata, "Jika seluruh harta engkau sumbangkan, lalu untukmu apa?" Maka sahabat tersebut berkata, "Cukuplah Allah dan Rasul-Nya." Inilah bentuk dari penyerahan total yang diberikan para sahabat Rasulullah tersebut. Mereka tidak takut miskin walaupun seluruh harta mereka disedekahkan. Karena mereka yakin, Allah pasti akan menggantikan harta mereka tersebut dengan yang le bih baik, yaitu surganya Allah.
Sahabat yang patut dijadikan teladan dalam bersedekah, di antaranya adalah Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Ketika Abu Bakar RA berkeinginan membebaskan Bilal RA dari perbudakan, Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas (1 uqiyah emas sama dengan 31,7475 gram emas).
Dan, dengan segera Abu Bakar RA langsung menebusnya. Itu baru pembebasan Bilal bin Rabbah, di mana Abu Bakar mengeluarkan uang sama seperti kita membeli sebuah mobil. Belum lagi, sedekahnya yang lain, yang akhirnya hartanya habis untuk perjuangan Islam.
Selain Abu Bakar, ada juga Umar bin Khattab RA. Di dalam Kitab Jami' Bayanil Ilmi wa Fadhlih karangan Ibnu Abdil Barr diterangkan bahwa Umar RA telah mewasiatkan sepertiga hartanya (untuk kepentingan Islam) yang nilainya melebihi 40 ribu (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi nilai 120 ribu (dinar atau dirham). Jika dengan nilai sekarang, setara dengan 510 ribu gr emas sama dengan Rp 204 miliar. Selain itu, masih banyak contoh sedekah sahabat yang lain.
Bandingkan dengan kita, yang tampaknya segan untuk ber sedekah. Kalaupun kita bersede kah, paling hanya beberapa juta ru piah. Itu pun kadang-kadang harus diekspose media. Karena itu, mari kita selalu menjadikan sedekah seba gai tren kehidupan. Agar harta-harta yang ada pada kita ini nantinya akan membawa kita pada surga bukan sebaliknya pada neraka. Mari bersedekah.
OLEH DR H Ali Murthado, MHUM