REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Dalam kitab Irsyadul Ibad dikisahkan, Nabi Ya'qub AS biasa berbincang dengan Malaikat Maut. Di antara perbincangan itu membahas mengenai kematian.
Nabi Ya'qub berkata, "Aku tahu tugasmu sebagai pencabut nyawa. Alangkah baiknya, jika engkau mengabari aku terlebih dahulu sebelum menjemput ajalku nanti." Malaikat Maut pun berkata, "Baiklah, nanti akan kukirimkan kepadamu dua atau tiga utusan."
Selang beberapa lama, datanglah Malaikat Maut menemui Nabi Ya'qub AS. Bertanyalah Nabi Ya'kub, "Apa kedatangan Saudara sekadar bertamu seperti biasanya?" Malaikat Maut menjawab, "Tidak, aku mau mencabut nyawamu."
Nabi Ya'qub berkata, "Bukankah aku pernah berpesan padamu agar mengingatkan aku sebelum kau mencabut nyawaku?" Malaikat Maut menjawab, "Aku sudah kirimkan kepadamu pesan itu, tidak hanya satu bahkan tiga: pertama, rambutmu yang mulai memutih; kedua, badanmu yang mulai melemah; dan ketiga badanmu yang mulai membungkuk. Itulah pesan yang kukirimkan kepada semua manusia sebelum aku mendatangi mereka."
Begitulah sejatinya Allah SWT telah memberikan peringatan kepada segenap manusia akan datangnya kematian. Karena, tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (QS al-Anbiya' [21] :35). Akan tetapi, manusia lebih suka berpura-pura melupakannya.
Manusia itu sering kali mengakui tiga hal, tetapi sesering itu pula mereka menyalahinya dengan perbuatannya. Mereka mengaku sebagai hamba Allah, tetapi kelakukannya sangat tercela. Mereka berkata bahwa Allahlah yang mencukupi kehidupannya, tetapi perhatian dan hati mereka terborgol dengan keduniawian. Mereka mengetahui bahwa kematian itu pasti, tetapi mereka beramal seolah-olah tidak akan pernah mati.
Betapa banyak orang yang mengaku bahwa ia adalah hamba Allah, tetapi perbuatannya justru mencerminkan bahwa dirinya adalah hamba dunia, hamba harta, hamba jabatan, dan sebagainya. Lisannya bisa saja berkata, "Aku adalah hamba Allah," tetapi tangannya masih saja mengambil yang bukan haknya, melakukan tindakan korupsi yang merugikan orang banyak, atau menerima sesuatu yang tidak seharusnya.
Oleh karena itu, semoga kita memiliki komitmen yang kuat untuk menata kembali kehidupan kita dengan lebih baik sehingga sisa-sisa umur kita ini dapat kita gunakan dengan sebaik-baiknya, sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah SAW.
Dengan bertambahnya umur, semoga bertambah pula ketaatan dan ibadah kita kepada Allah dan bukan justru bertambah dosa-dosa kita kepada-Nya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh berbahagia bagi orang yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya." (HR Thabrani). Wallahu'alam.