Kamis 24 Jan 2019 14:14 WIB

Nasihat yang Mengingatkan

Nasihat terkadang tidak selalu diterima dengan baik

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto

Tidak ada manusia yang sempurna. Hanya Allah Yang Ma hasempurna. Oleh karena itu, manusia tidak selalu benar dan lurus dalam hidupnya. Terkadang ia lupa, lalai, keliru, dan salah. Pada saat seperti inilah ia perlu nasihat untuk mengingatkan agar ia kembali ke jalan yang benar dan lurus. Orang beriman akan selalu lapang dada menerima nasihat karena sadar telah berbuat keliru atau salah. Ia tidak akan pernah ngeyel, tetapi justru bersyukur dan berterima kasih telah diingatkan.

Di antara hikmah diturunkannya agama dan para rasul adalah untuk menasihati manusia yang telah berbuat keliru dan mengajak kembali ke jalan yang benar dan baik. Nabi mengatakan, "Agama adalah nasihat." (HR al-Bukhari dan Muslim). Selain nasihat berupa berita gembira (basyir) untuk dikerjakan dan diikuti, juga berupa berita buruk (nadzir) untuk dijauhi dan tidak dilakukan.

Nasihat juga merupakan salah satu dari baiat (janji setia) saha bat kepada Nabi. Jarir bin Abdullah mengatakan, "Aku berbaiat ke pa da Nabi untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mem beri nasihat kepada setiap Muslim." (HR al- Bukhari dan Muslim). Nasihat juga termasuk satu dari enam kewajiban di antara sesama Muslim. Lima lainnya adalah mengucapkan salam, memenuhi undangan, mendoakan orang yang bersin, menjenguk ketika sakit, dan mengiringi jenazahnya (HR Muslim).

 

Kehidupan sosial akan berjalan harmonis dan baik tatkala nasihat berjalan dengan optimal. Segala potensi buruk akan bisa dihin dari sedini mungkin ketika ada yang memberi nasihat dan pe ri nga tan. Kekacauan, kekisruhan, dan konflik sosial kerap muncul tat kala tidak ada pihak ketiga yang menengahi dan menasihati pihak-pihak terkait. Ibarat bara yang tak segera disiram air, ia dengan cepat berubah menjadi api yang membakar dan menghancurkan semuanya. Nasihat ibarat air yang menyiram api dan memadamkannya.

Sering kali terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau pendapat, bukannya menengahi dengan nasihat kebaikan, malah mem peruncing dan memanaskan situasi dengan menciptakan blok-blok yang saling bertentangan dan bersitegang. Bukannya kebenaran dan kebaikan yang didapatkan, justru permusuhan, ketegangan, hingga berujung pada krisis sosial yang dampaknya meluas dan sulit diselesaikan dalam waktu cepat. Nasihat sesungguhnya bisa meredam situasi buruk seperti itu. Namun, manusia kerap mengabaikannya. Nabi mengingatkan, "Celakalah orang yang diberi nasihat, tetapi tidak menerimanya." (HR Ahmad).

Nasihat terkadang tidak selalu diterima dengan baik, tetapi itu tak membuat kita berhenti memberi nasihat kapan pun dan di mana pun. Orang beriman akan selalu menerima nasihat dengan lapang dada karena sadar itu adalah bagian dari perbaikan yang bermanfaat baginya. Ibarat pejalan kaki yang tersesat jalan, ia memerlukan petunjuk yang mengarahkannya ke tujuan dengan benar. Nasihat adalah petunjuk itu. Ketika sudah tidak ada lagi nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad, warisannya yang menjadi sumber utama untuk menasihati kita, yakni Alquran dan sunahnya. Juga para ulama saleh nan wara' yang tulus dan begitu perhatian dengan umat saat ini.

Allah mencintai hamba-Nya yang memberi nasihat dan mene ri ma nasihat baik dengan lapang dada. Allah menyebut mereka yang saling menasihati sebagai orang yang terhindar dari kerugian (QS al-'Ashr [103]: 1-3). Imam Hasan al-Bashri seperti dikutip Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Jami' al- 'Ulum wa al-Hikam mengatakan, "Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah melalui hamba-Nya, dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasihat kepada orang lain." Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement