Senin 11 Feb 2019 19:26 WIB

Ziarah ke Masjid Buka Cakrawala Non-Muslim India

Program ini bertujuan menjembatani antara komunitas Muslim dan non-Muslim.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim India tengah shalat (ilustrasi)
Foto: AP
Muslim India tengah shalat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KALYAN – Masjid tidak hanya terbuka bagi Muslim yang ingin beribadah. Namun, masjid juga kerap membuka pintunya bagi non-Muslim yang ingin mengetahui aktivitas masjid.  

Seperti halnya di masjid di Kota Kalyan di Distrik Thane, negara bagian Maharashtra, India, salah satu masjid tertua dan terbesar di kota itu membuka pintunya bagi non-Muslim. 

Sekitar 125 pria non-Muslim melakukan kunjungan ke Masjid Jama berusia 167 tahun di Doodh Naka di Kalyan kemarin Ahad (10/2) waktu setempat. Acara kunjungan itu diatur dan diselenggarakan Jamaat-e-Hind Hind (JIH) cabang Kalyan, sebuah organisasi reformis Islam di India. 

JIH memang kerap menyelenggarakan acara kunjungan dari non-Muslim ke masjid-masjid di seluruh Maharashtra selama beberapa tahun terakhir. Hal itu dilakukan untuk menjembatani kesenjangan antara komunitas yang berbeda. 

 

Kegiatan kunjungan itu merupakan bagian dari inisiatif program 'Masjid Parichay', sebuah program untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang masjid. Inisiatif ini bertujuan untuk membiasakan orang-orang dengan tempat ibadah. 

Presiden JIH cabang Kalyan, Mishal Choudhary, mengatakan sebagian besar pengunjung belum pernah mengunjungi masjid. 

Dalam kunjungan itu, mereka menjelajahi bangunan masjid, termasuk tempat suci di mana seorang imam memimpin shalat, kolam air untuk berwudhu, dan perpustakaan yang berisi Alquran dan teks-teks agama lainnya.

Para pengunjung dipandu warga Muslim setempat. Ketika matahari terbenam, mereka menyaksikan muazin membacakan azan.

"Populasi besar negara kita tidak tahu tentang masjid dan bagaimana fungsinya. Beberapa non-Muslim ingin tahu lebih banyak tentang tempat ibadah ini. Masjid Parichay memberikan jawaban dari pikiran semacam itu dengan pengalaman belajar yang mendalam," kata Choudhary, dilansir di Hindustan Times, Senin (11/2).

Choudhary berharap, program Masjid Parichay yang dicetukan JIH membuka jalan bagi pertukaran budaya dan upaya untuk saling memahami di antara komunitas agama yang berbeda. 

Seorang ulama sekaligus cendekiawan Islam dari Aurangabad, Wajid Ali Khan, memberikan penjelasan kepada para pengunjung tentang pentingnya wudhu, shalat (namaz), dan masjid. 

Dalam penjelasannya, ia mengatakan Islam bukan sekadar agama, melainkan juga cara hidup. Karenanya, masjid lebih dari sekadar tempat ibadah.  

"Tujuannya adalah menjadi pusat untuk menyelesaikan masalah mendesak yang dihadapi masyarakat. Itu adalah tempat berlindung bagi seluruh umat manusia dan terbuka untuk semua," kata Khan.

Salah satu pengunjung, Rajendra Ranawade, mengungkapkan kegiatan  kunjungan itu sebagai pengalaman yang luar biasa. 

"Saya selalu menghormati masjid. Tetapi hari ini saya melihat bagaimana doa-doa dipersembahkan secara disiplin dan bagaimana orang-orang dari semua bagian masyarakat berkumpul," ujarnya.  

Pengunjung lainnya yang datang bersama ayahnya Abhinav, Yashraj Dixit (15), juga mengungkapkan hal sama. Ia mengatakan, ia belajar banyak tentang agama yang berbeda. "Kunjungan ini memberi saya perspektif baru," ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement