Rabu 08 Aug 2018 09:17 WIB

Mantan Menlu Inggris Menyamakan Cadar dengan Kotak Surat

PM Inggris mendukung seruan agar Johnson meminta maaf.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Boris Johnson.
Foto: Reuters
Boris Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan Menlu Inggris Boris Johnson bersikukuh dengan komentarnya tentang cadar setelah ketua Partai Konservatif menyuruhnya untuk meminta maaf. Johnson telah dikritik karena mengatakan wanita Muslim mengenakan cadar 'terlihat seperti kotak surat' dan membandingkannya dengan 'perampok bank'.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mendukung seruan bagi Johnson untuk meminta maaf. Pernyataan itu jelas-jelas merupakan kesalahan.

Seperti dilansir BBC, Rabu (8/8), sumber yang dekat dengan Johnson mengatakan, dia tidak akan meminta maaf. Menurut Johnson adalah hal yang "konyol" untuk menyerang pandangannya.

"Kita tidak harus jatuh ke dalam perangkap untuk menutup perdebatan tentang masalah-masalah yang sulit," sumber itu menambahkan. "Kita harus menyebutnya. Jika kita gagal berbicara untuk nilai-nilai liberal, maka kita hanya memberikan landasan kepada kaum reaksioner dan ekstremis."

Baca juga, Tell Mama: Serangan Terhadap Muslim di Jalanan Meningkat.

Pernyataan Johnson, dalam artikel Daily Telegraph, telah menuai kritik dari kelompok-kelompok Muslim, beberapa anggota parlemen dan partai oposisi.

Dalam artikel itu, Johnson mengatakan cadar wajah tidak boleh dilarang tetapi tampak "konyol".  Ketua Partai Konservatif Brandon Lewis mengaku setuju dengan Menteri Luar Negeri Alistair Burt bahwa ada tingkat pelanggaran dalam komentar Johnson. Ia juga meminta mantan wali kota London itu untuk meminta maaf.

Sebelumnya, lembaga yang mengukur insiden anti-Muslim di Inggris, Tell Mama menyebut serangan islamofobia di jalanan Inggris mengalami peningkatan. Hal itu dipicu rasa berani pelaku karena adanya berbagai serangan teror dan wacana politik.

Baca juga,  Komentar Islamofobia, Mantan Menlu Inggris Dihujani Kritik.

Seperti dilansir The Independent pada Senin (23/7), Tell Mama mengukur insiden anti-Muslim di Inggris mengalami kenaikan 30 persen di jalanan atau meningkat 16 persen dari tahun sebelumnya. Tell Mama mencatat jumlah serangan terhadap Muslim yang terverifikasi sebanyak 1.201 kasus.

Lembaga tersebut menganalisis ada perubahan serangan yang ditandai dengan semakin maraknya insiden langsung, baik secara fisik, vandalisme, dan pelecehan. Hal itu tentu tak lepas dari sebaran kebencian yang terus meluas di media sosial.

Pendiri Tell Mama, Fiyaz Mughal menyebut kejahatan kebencian islamofobia terus meningkat selama enam tahun terakhir. Hal itu berbanding lurus dengan peningkatan tren ketakutan dari Muslim.

“Ini sebagian didorong oleh terorisme, sebagian oleh kelompok-kelompok yang ingin memecah masyarakat. Kita memiliki media sosial dan memiliki politikus yang berusaha menyalahkan para migran,” kata Mughal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement