REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur (Jatim) mengadakan lomba Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) III di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Khodim Paiton, Probolinggo, 9-13 Mei mendatang. Kepala Humas Kanwil Kemenag Jatim, Fatkhul Arif mengatakan MQK adalah lomba membaca kitab kuning yang bertujuan mendorong kecintaan santri terhadap kitab rujukan berbahasa Arab dan menguji kemampuan santri dalam mengkaji agama Islam dari sumber kitab tersebut.
"Tujuan lainnya adalah menjalin silaturahim antarponpes di Jatim dan meningkatkan peran lembaga pendidikan tersebut dalam kader ulama dan tokoh masyarakat masa depan," kata Fatkhul, Rabu (9/3).
Fatkhul menjelaskan, kitab kuning di kalangan masyarakat ponpes dijadikan acuan utama dalam menjalani hidup sehari-hari. Terutama yang menyangkut masalah hukum ibadah atau ritual, akhlak atau perilaku, dan muamalah atau hubungan sosial. Pasalnya perilaku para santri biasanya tercermin dari apa yang mereka baca.
"Lomba ini diadakan untuk menyemangati kader ponpes agar mampu mengkaji dan mengamalkan ajaran kitab kuning dalam kesehariannya," ujar Fatkhul.
Menurut dia, kitab kuning yang dikaji di pesantren, kebanyakan karya para ulama syafiiyah. Mulai dari kitab fikih tingkat dasar, seperti Safinatun Naja, Taqrib, Kifayatul Ahyar. Sedangkan, menengah seperti Fathul Qarib, Fathul Wahab, Fathul Muin, Ianatuth Thalibin, Hasyiyah Bajuri, Muhazzab. Selanjutnya, tingkat tinggi yakni Nihayatul Muhtaj, Hasyiyah Qalyubi Wa Umairah, Al Muharrar, Majmu Syarh Muhazzab.
Semua kitab itu, sambungnya, merupakan hasil karya para ulama Mazhab Syafii. Kitab tersebut berisi paparan mengenai hukum-hukum hasil ijtihad Imam Syafii, yang kemudian diuraikan lagi oleh para ulama pengikutnya dari abad ke abad. "Ajaran inilah yang harus dipelajari para santri dalam lomba ini," jelasnya.
Peserta MQK III yang sudah mendaftar di panitia tahun ini mencapai 2.318 orang. Peserta merupakan perwakilan dari kabupaten/kota yang sudah menjalani seleksi di daerahnya masing-masing. Meski yang ikut banyak, lanjut Fatkhul, mereka semuanya hasil seleksi ketat sehingga hanya perwakilan daerah terbaik saja yang akan keluar menjadi pemenang.