Senin 17 Jan 2011 22:09 WIB

Kisah Masjid Tertua di Kanada yang Mirip Gereja

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Masjid Al Rashid didirikan pada 1938, adalah masjid pertama sekaligus tertua di Kanada. Awalnya masjid terletak di 101 Street dan 108 Avenue, Edmonton, Alberta, namun ia dipindahkan beberapa blok pada 1964 dan menjadi objek pelestarian di Taman Fort Edmont
Foto: ALRASHIDMOSQUE.CA
Masjid Al Rashid didirikan pada 1938, adalah masjid pertama sekaligus tertua di Kanada. Awalnya masjid terletak di 101 Street dan 108 Avenue, Edmonton, Alberta, namun ia dipindahkan beberapa blok pada 1964 dan menjadi objek pelestarian di Taman Fort Edmont

REPUBLIKA.CO.ID, ONTARIO--Dalam kompleks Taman Sejarah di Edmonton, Kanada ada sebuah bangunan dari tumpukan bata merah berbentuk empat persegi panjang. Bangunan itu diapit dengan menara kembar yang pucuknya terdapat kubah bermoncongkan bulan sabit. Itulah Masjid Al-Rasyid, masjid tertua di kanada.

Tempat ibadah yang dibangun 1938 ini, awalnya bukan bagian dari penghuni Taman Sejarah Edmonton park. Mandat konstitusi Kanada untuk pelestarian warisan sejarah Edmonton mengharuskan bangunan itu berada di taman sejarah tersebut. Apa yang istimewa dari masjid tersebut.

Tidak serupa dengan gaya arsitektur masjid yang umumnya di negara-negara Islam, masjid Al-Rasyid justru menyerupai gereja. Sejarah awal, bangunan ini memang gereja yang dibeli dan direnovasi ulang oleh komunitas Muslim Edmonton. Meski demikian, tak ada pengubahan besar pada struktur semula.

Kehadiran masjid Al-Rasyid seolah menyatu dengan lanskap lokal yang mencerminkan integrasi dengan masyarakat setempat. Perlu diketahui, kebanyakan komunitas Muslim Edmonton berasal dari Suriah dan Lebanon. Mereka datang dari Alberta dan Saskatchewan sebelum tiba di Edmonton.

Mereka hadir untuk memulai awal yang baru, melestarikan dasar-dasar keimanan dan mengadopsi nilai-nilai lokal. Walhasil, integrasi yang terjalin begitu memperkaya ragam budaya di Kanada.

Komunitas Muslim Edmonton boleh dibilang menjadi wajah komunitas Muslim Kanada. Budaya patriarki yang kuat di Timur Tengah coba mereka sesuaikan tanpa menghilangkan sendi-sendi ajaran Islam.

Faktanya, enam dari 32 warga Muslim yang membangun Al-Rasyid adalah perempuan. Kondisi serupa juga terjadi dalam Masjid. Laki-laki dan perempuan berbagi ruang yang sama.

Mereka melaksanakan shalat di aula utama dengan posisi Laki-laki di depan, diikuti perempuan dibelakangnya. Mereka tidak berpikir persoalan gender menghalangi niat mereka untuk memasuki rumah Allah dari pintu depan.

Suasana itu terlepas dari figur kepemimpinan dalam komunitas Muslim Edmonton. Lebih dari setengah abad, Al-Rasyid dipimpin oleh Imam yang dinamis. Para imam hadir ditengah perubahan zaman yang mengharuskan mereka mendalami umatnya. Mereka tidak langsung memimpin umat tapi mereka diberikan bekal pengetahuan yang cukup tentang Kanada.

Imam Nejib Ailley (Aly) misalnya, sebelum memimpin komunitas Muslim, ia terlebih dahulu merasakan kehidupan Kanada semenjak remaja. Karena ity Imam Aly menjadi pemimpin yang disegani. Penerusnya, imam Abd al-Ati yang berasal dari Mesir, tidak juga langsung memimpin umat. Dia menghabiskan tiga tahun sebagai mahasiswa Pascasarja di Universitas McGill.

Begitulah kisah Al-Rasyid. Kehadirannya telah menghasilkan generasi Muslim Kanada yang berkualitas, berkembang secara dinamis tetap dengan etika Islam namun mampu berbaur baik di tengah sebagai warga Kanada di tengah masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement