REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH-–Pemerintah Saudi Arabia berencana membangun kereta api (KA) cepat yang menghubungkan Makkah, Jeddah, dan Madinah. Ini untuk mengurangi kemacetan dan demi kelancaran pelaksanaan ibadah haji.
Rencana itu diutarakan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Zakaria Anshar, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (29/11) petang waktu setempat. Belum diketahui pasti kapan rencana itu akan terwujud, namun Zakaria mengatakan, bagi Pemerintah Saudi, memberikan pelayanan haji merupakan keharusan sehingga semua potensi dikerahkan untuk itu.
Saat ini sudah ada monorel yang menghubungkan Arafah, Musdalifah, dan Mina (Armina). Monorel ini nantinya akan masuk ke Makkah sehingga dapat mengurangi arus kendaraan yang masuk ke wilayah itu. “Jadi nanti akan sampai ke Makkah,” tuturnya.
Pemerintah Saudi, sambung Zakaria, sedang membangun infrastruktur untuk pelaksanaan ibadah haji, termasuk bandara. Bandara Internasional King Abdul Aziz, misalnya. Bandara ini rencananya akan diperluas hingga 63 gate.
Bandara di Madinah saat ini sedang dilakukan pembenahan. Pembehanan itu menyebabkan sejumlaah jamaah haji Indonesia yang sedianya tiba di sana saat kedatangan, terpaksa dialihkan ke Jeddah. Akibatnya, bandara di Jeddah sangat padat.
Zakaria mengungkapkan, setiap kali mengikuti pertemuan dengan Pemerintah Saudi, ia selalu menyampaikan perlunya ada penambahan gate untuk jamaah haji Indonesia di bandara. Tapi itu tidak mudah dipenuhi karena banyaknya penerbangan dari sejumlah negara yang akan menggunakan gate pada waktu hampir bersamaan.
Dia mengakui, untuk jamaah Indonesia memang diberikan satu gate di Bandara Internasional King Abdul Aziz. Namun itu bukan harga mati. Katanya, ”Kalau diberi hanya satu gate, bukan berarti tertutup untuk gate lain.”
Dia juga mengatakan Pemerintah Saudi Arabia memberikan pelayanan kepada seluruh jamaah haji, tanpa membedakan besar kecilnya jumlah jamaah. Jamaah Indonesia, sebut Zakaria, memang selalu terbanyak dibadingkan dengan jamaah dari negara-negara lain. Tahun ini ada sekitar 221 ribu jamaah.
Ketika ditanya banyaknya jamaah Indonesia yang mengeluhkan lamanya proses imigrasi di Bandara Internasional King Abdul Aziz saat masuk ke Saudi, menurut Zakaria, itu karena pemerintah setempat sangat ketat memfilter orang-orang yang masuk.
Masalahnya, lanjut dia, ada saja jamaah yang datang ke Saudi Arabia dengan alasan untuk beribadah tapi kemudian tidak ingin kembali setelah melaksanakan ibadah.
Mereka memilih tinggal di negeri itu untuk mencari pekerjaan. “Biasanya jamaah umrah. Kalau jamaah haji tidak ada yang tinggal, kecuali meninggal,” tuturnya. Disiyalir orang yang mau mencari pekerjaan di negeri itu, ikut umrah dulu.
Karena itu, menurut Zakaria, Pemerintah Saudi Arabia cukup ketat memberikan visa untuk jamaah umrah. Visa biasanya keluar bila ada jaminan mitra travel perjalanan haji di Indonesia dengan ada di Saudi Arabia.