Jumat 19 Nov 2010 17:59 WIB

Melontar Jumrah Lancar Meski Hujan Turun di Mina

Sejumlah jamaah haji berjalan digenangan air hujan sebelum melakukan lontar jumrah Nafar Awal di Jamarat Makkah, Arab Saudi, Kamis (18/11)
Foto: antara
Sejumlah jamaah haji berjalan digenangan air hujan sebelum melakukan lontar jumrah Nafar Awal di Jamarat Makkah, Arab Saudi, Kamis (18/11)

REPUBLIKA.CO.ID,MINA--Hujan kembali mewarnai kawasan Mina dan Jamarat disertai petir mulai Kamis petang, bahkan di kawasan yang berdekatan Muaysim, hujan disertai butiran es berbentuk batu kerikil terjadi sekitar 5 hingga 10 menit.

Wartawan MCH melaporkan kendati hujan, pelaksanaan jumroh bagi jamaah Indonesia berlangsung lancar. Tatkala hujan turun, seperti juga di kawasan Makkah lainnya, jamaah berhamburan mencari tempat perlindungan agar terhindar dari guyuran hujan.

Menteri Agama Suryadharma Ali, yang hendak menyelesaikan jumrah untuk pengambilan Nafar Awwal (batas minimal keberangkatan jamaah haji meninggalkan Mina) tak langsung turun ke kawasan Jamarat. Menag menunggu hujan reda di Daker Makkah. Setelah itu bertolak ke Jamarat untuk jumrah sebelum waktu magrib tiba.

Di seputar kawasan Daker Makkah, terlihat para pedagang tergopoh-gopoh menutupi barang dagangannya dengan plastik. Ada pula yang menepikan ke teras bangunan. Sementara sebagian warga setempat lebih memilih menikmati hujan dengan cara berjalan di tepi jalan tanpa payung.

Peristiwa hujan yang langka di Arab Saudi ini merupakan kali ketiga selama musim haji.

Sementara itu, sejak Kamis dini hari hingga petang gelombang jamaah terus mengalir memasuki jamarot dari berbagai Arah. Jamaah Indonesia rata-rata memasuki jamarot (tempat pelemparan jumrah) melalui terowongan al-Muaisim. Sebab, letak perkemahan yang berada di jalur Muzdalifah.

Menjelang adzan Dzuhur sebagai waktu yang disepakati oleh seluruh ulama untuk melempar jumroh pada hari tasyrik, jamaah pun memadati seluruh Area jamarot.

Jamaah Indonesia yang mendapat giliran waktu pelemparan Jumrah setelah Dzuhur pun bergegas ke Jamarot, sementara mereka yang belum tiba gilirannya pun sangat banyak yang membolos dan memaksa melempar jumroh pada siang hari.

Seusai lengsernya matahari ke arah barat (waktu Dzuhur), adalah waktu-waktu puncak pelemperan Jumrah. Terutama sekali karena pada hari ini para jamaah akan mengambil Nafar Awal. Kepadatan di Jamarat pun sempat terjadi. Tapi, ritual jumrah tak sampai menimbulkan korban. Semua berjalan lancar.

Prediksi Komandan Satuan Operasi Mina Subakin Abdul Muttholib bahwa jamaah sebanyak 70 persen mengambil Nafar Awwal."Saya perkirakan 70 persen jamaah haji Indonesia akan mengambil Nafar Awwal, Sehingga siang nanti akan terjadi kepadatan jamaah di arena pelemparan Jumroh. Sementara sisanya, sekitar 30 persennya akan mengambil Nafar Tsani (batas akhir jamaah haji meninggalkan Mina)," katanya.

Ia pun minta agar jamaah terus beraktifitas dalam rombongan dan tidak meninggalkan seorang jamaah pun tanpa pengawasan dari teman-temannya. Di Jamarot, jamaah terus merangsek menuju tugu peringatan setan untuk menapaktilasi perjalanan ibadah nabiyullah Ibrahim.

Untuk bisa berharap mengenai sasarannya, atau sekurang-kurangnya dapat mencapai sasarannya, para jamaah mulai melempar sejak dari jarak yang cukup jauh. Konsekwensinya mereka harus melempar sekuat tenaga agar batu yang di lempar-lemparnya dapat mengenai sasarannya. Sehingga ucapan-ucapan penyemangat lemparan pun berdengung di seluruh lantai jamarot.

Para jamaah pun melempar diiringi suara takbir dan ditingkahi suara yang diucapkan dari berbaga penjuru yang membahana.

Sementara para askar berbaris mengatur sirkulasi jamaah. Mereka mencegat jamaah-jamaah yang ingin langsung balik badan untuk segera menuju Masjidil Haram melaksanakan thowaf ifadah atau thowaf wada`. Mereka bahkan juga memberlakukan sistem buka tutup seperti di Masjidil Haram, terutama untuk jamarot di lantai satu (lantai utama).

sumber : MCH
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement