Kamis 18 Nov 2010 22:38 WIB

Jamaah 'JTNKMA' Rayakan Idul Adha Hari ini

ilsutrasi
ilsutrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG--Jamaah Tarikat Naqsabandiyah Khalidiyah Mujadadiyah Al-Aliyah Jombang melaksanakan shalat Idul Adha pada Kamis (18/11), atau maju sehari dari penetapan pemerintah pada Rabu (17/11) kemarin. Pimpinan Jamaah Tarikat Naqsabandiyah Khalidiyah Mujadadiyah Al-Aliyah (JTNKMA) KH Nasuha Anwas, mengatakan, penentuan Hari Raya Idul Adha jamaahnya memang berbeda dengan versi pemerintah atau maju satu hari.

"Penentuan penetapan Lebaran Kurban tersebut, bukan asal ambil saja, tetapi juga melalui proses yang cukup," ucapnya.

Ia mengemukakan, jamaah Tarikat yang berpusat di Dusun Kapas, Desa Dukuhklopo, Kabupaten Jombang, Jatim, ini mengumandangkan takbir untuk menyambut datangnya 10 Dzulhijah 1431 H. "Untuk menentukan tanggal 10 Dhulhijah ini kami menggunakan 'Rukyat Bin Nadhor', yakni rukyat dengan menggunakan mata telanjang," paparnya.

Ia menjelaskan, dengan rukiyat tersebut diketahui bahwa 10 Dzulhijah jatuh pada Hari Kamis, 18 November atau terlambat satu hari dari penetapan yang dilakukan oleh pemerintah. Ia mengatakan, penentuan Idul Adha merupakan persoalan agama dan kalau ada perbedaan dengan pemerintah itu bukan menjadi persoalan.

 

"Masalah agama itu datangnya dari Allah, dan hal ini tidak bisa dipaksakan untuk harus sama dengan pemerintah," ucapnya.

Menurut dia, tidak ada masalah jika memang ada perbedaan prinsip dengan pemerintah, sementara itu masih berada di jalur yang benar. "Berbeda satu dua hari dalam menjalankan peringatan ibadah itu sudah menjadi hal yang wajar karena tidak memengaruhi inti dari pelaksanaan peringatan Idul Adha itu sendiri," tuturnya.

Ia mengemukakan, kalau masalah kenegaraan pihanya taat kepada pemerintah, sementara untuk masalah agama ini merupakan perintah Allah. "Jadi tidak ada masalah jika kita berbeda dengan pemerintah," katanya.

Usai menunaikan ibadah shalat Idul Adha, para jamaah melakukan penyembelihan hewan kurban di sebelah masjid setempat. Daging hewan kurban itu dibagikan kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu supaya tercipta rasa solidaritas di antara sesama.

Sejak sepuluh tahun terakhir ini, jamaah yang mengklaim punya anggota ribuan tersebut, selalu berbeda dengan versi pemerintah dalam menentukan Idul Adha dan juga Idul Fitri.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement