REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH--Makkah Musim haji adalah Makkah yang berbeda dengan Makkah sebelum pada waktu-waktu biasa. Makkah musim haji tidak mengenal hukum kenormalan di jalan raya. Hampir-hampir tidak ada kata lancar atau antri dengan tertib. Hampir-hampir tidak ada kendaraan tumpangan dengan harga standar, semua harus pandai-pandai melakukan tawar-menawar dan mensiasati keadaan.
Selain melayani jamaah berdasarkan kuota masing-masing negara di seluruh dunia, pemerintah Arab Saudi juga masih menerima tamu-tamu Allah di luar kuota masing-masing negara. Sehingga kota Makkah di musim haji harus menanggung beban lebih berat daripada yang telah diperhitungkan secara teknis administratif.
Dengan penalaran seperti ini, maka semua jamaah harus bisa bergerak lebih fleksibel untuk memperkecil hambatan di perjalanan-perjalanan untuk penuntasan manasik. Membawa perlengkapan seoptimal mungkin dapat menjadi pilihan yang bagus, terutama bagi jamaah non kuota yang tidak disediakan tenda oleh pemerintah.
Oleh karena itu, selama musim haji, setiap sudut kota Makkah dipenuhi oleh tenda-tenda jamaah non kuota. Tenda-tenda ini didirikan di mana saja, di taman-taman, di kolong-kolong jembatan, di tanah-tanah kosong, dipinggir-pinggir jalan dan di hampir seluruh perbukitan-perbukitan bertebaran di seluruh kota Makkah.
Mereka bukan hanya mendirikan tenda, namun juga memarkir kendaraan (mobil) di sekitar tenda dengan seenaknya. Memang banyak jamaah haji dari negara-negara yang berbatasan darat langsung dengan Arab Sdan muaudi, berangkat haji dengan kendaraan darat. Selain itu jamaah haji Arab Saudi sendiri juga sangat banyak berdatangan dengan mengendarai mobil-mobil pribadi. Seminggu terakhir, kota Makkah benar-benar menjadi kota tenda yang ditahlukkan oleh kemacetan.
Karena banyaknya kendaraan yang diparkir di sepanjang pinggir jalan serta mobilisasi tingkat tinggi jamaah haji pada waktu yang sama, maka kemacetan pun menjadi sebuah keniscayaan. Dengan demikian ketahanan fisik pun dipertaruhkan, jika ingin mempersingkat waktu, maka jalan kaki menjadi pilihan. Namun bukan hal mudah untuk memutuskan berjalan kaki, karena selain cuaca yang panas, debu-debu yang beterbangan sepanjang jalan juga merupakan tantangan yang berat untuk dilalui, apalagi tanpa masker.
Tujuan tempat manasik yang seragam, yakni Arofah, Muzdalifah, Mina dan Masjidil Haram, merupakan faktor utama yang mengakibatkan kepadatan jamaah di tempat-tempat tersebut. Karena itu, kehati-hatian merupakan keniscayaan bagi para jamaah. Terutama mereka yang minim pengalaman travelling dan kondisi badan mulai rapuh.