Rabu 03 Nov 2010 02:13 WIB

Ditunggu: Kiprah Muslim Indonesia di Kancah Dunia

Rep: Yulianingsih/ Red: Siwi Tri Puji B
Beberapa pakar Kajian keIslaman memberikan materi dalam sidang pleno I Konferensi Internasional Kajian Ilmu-ilmu KeIslaman di Banjarmasin, Selasa (2/11). Para pakar tersebut adalah Ketua Badan Wakaf Indonesia Tholhah Hasan (Kiri), Prof Dr Hj Amani Lubi (mo
Foto: Yulianingsih/Republika
Beberapa pakar Kajian keIslaman memberikan materi dalam sidang pleno I Konferensi Internasional Kajian Ilmu-ilmu KeIslaman di Banjarmasin, Selasa (2/11). Para pakar tersebut adalah Ketua Badan Wakaf Indonesia Tholhah Hasan (Kiri), Prof Dr Hj Amani Lubi (mo

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN--Peran Islam Indonesia dalam perdamaian dunia memang sangat ditunggu-tunggu. Hal itu setidaknya diungkapkan oleh Prof Ra'fat Asy-Syaikh dari Universitas Al-Azhar Mesir yang juga penasehat liga universitas Islam yang juga menjadi pembicara dalam pleno (Annual Conference on Islamic Studies) ACIS ke-X tersebut.

Menurutnya, Indonesia bukan berada di pinggiran dunia Islam tapi berada di tengah masyarakat muslim dunia. "Selama ini dalam sejarah umat Islam tidak pernah menerima adanya penjajahan dalam bentuk apapun. Sehingga butuh upaya hidup damai dalam kehidupan modern saat ini," terangnya.

Indonesia yang memiliki masyarakat Muslim terbesar, bisa memberikan peran strategis dalam upaya tersebut. Dan saat ini kata dia, para ilmuwan serta cendekiawan Timur Tengah sudah  mengikuti perkembangan muslim di Asia Tenggara dan Indonesia pada khususnya.

Prof Dr Ahmad Somboon Bualuang dari Prince Sonkha University Thailand juga menantikan peran Islam Indonesia untuk memberikan solusi terhadap konflik di wilayah Thailand Selatan. Menurutnya, banyak korban yang sudah jatuh akibat konflik di wilayah Selatan Thailand tersebut. Pendidikan agama Islam di wilayah itu juga menjadi kacau.

"Tujuh tahun  konflik dari tahun 2004-2010 disana sudah memberikan kematian pada 4.000 orang. tembak menembak, bom terus terjadi. Sekolah-sekolah rendah dibakar. Guru ngajar disekolah kerajaan dibunuh dan beribu-ibu ustad dibunuh," tandasnya.

Karena itulah Indonesia sebagai masyarakat berpenduduk muslim terbesar memiliki peran strategis untuk membantu penyelesaian konflik tersebut. Pleno pertama ACIS ke X di Banjarmasin itupun dimoderatori oleh Prof Dr Hj Amani Lubis. Hadir sebagai pembicara terakhir pada sesi tersebut adalah Dr Budhi Munawar Rahman. Menurutnya kebebasan perkembangan berfikir dan beragama di Indoesia menjadi suatu dorongan yang kuat sehingga forum ini menjadi suatu moment agar pemikiran baru terus berkembang.

"Melalui pengembangan pemikiran-pemikiran baru inilah, Indonesia bisa lebih banyak beroeran untuk dunia Internasional," tegasnya.

Jadwal kegiatan hari ketiga konferensi ACIS di Banjarmasin (Rabu (3/11) adalah sidang pleno lanjutan, pertemuan pimpinan perguruan tinggi agama Islam dan Pertemuan konsorsium Ilmu-ilmun KeIslaman serta penutupan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement