Rabu 27 Oct 2010 06:20 WIB

4.681 Guru Ngaji di Banten Kurang Diperhatikan

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Sebanyak 4.681 guru ngaji dan kiai di Banten belum sejahtera. Mereka kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak termasuk dari pemerintah daerah setempat.

Kepala Bidang Pekapontren Kantor Wilayah Kementerian Agama Banten, Iding Mujtahidin, mengatakan para guru ngaji ini berasal dari pesantren salafi murni dan biasa mengajarkan mengaji kepada masyarakat di sekitar pondok pesantren atau yang biasa dikenal dengan mengaji emperan. "Para kiai ini diperlukan tapi kurang diperhatikan," kata Iding, di Serang, Banten, Selasa (26/10).

Menurut Iding, kiai dan guru ngaji mempunyai peran strategis di masyarakat Banten. Karena mereka sebagai panutan, sebagai figur, sebagai tumpuan, dan harapan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul di masyarakat. "Intinya, setiap permasalahan baik sosial, agama, ekonomi, dan politik, gimana pak kiai saja. Karena itu aktivitas mereka perlu diperhatikan," ujar Iding.

 

Para kiai dan guru ngaji itu, lanjut Iding, mengasuh sekitar 3.232 pondok pesantren di Banten dengan total santri sebanyak 938.219 orang. "Dengan jumlah sebanyak itu, bisa dibilang pondok pesantren di Banten sebagai paku bumi. Dalam arti, para kiai ini yang mencetak generasi Islami yang memiliki iman yang kuat, ilmu yang terpuji, dan akhlak yang mulia," terangnya.

Ke depan, pondok pesantren di Banten bisa menjadi menjadi pendidikan alternatif bagi masyarakat, mengingat figur kiai sangat menentukan untuk memajukan umat di Banten. Karena itu, selain perpaduan antara pendidikan umum dan agama, pondok pesantren dapat mengajarkan keterampilan hidup sesuai dengan potensi yang bisa dikembangkan di wilayah pondok pesantrennya masing-masing.

"Misalnya, berkebun, bertani, dan beternak. Bahkan yang terkait dengan informasi teknologi juga bisa diajarkan di pesantren. Kalau bahasa Arab dan Inggris sudah biasa," tutur Iding.

 

Sementara itu, Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, mengatakan, akan memperhatikan nasib kiai dan para guru ngaji dengan memberikan insentif kepada mereka. "Kalau Kementerian Agama tidak menganggarkan, Pemprov Banten akan menganggarkan insentif untuk mereka," kata Atut.

Atut berharap, pesantren di Banten tidak hanya ditingkatkan dari segi kuantitasnya saja, tapi juga harus ditingkatkan dari segi kualitasnya. Sebab, pendidikan di pondok pesantren sangat berpengaruh pada peningkatan indeks pembangunan manusia di Banten dan pemberatansan buta huruf.

"Karena itu sejumlah pembinaan terhadap guru ngaji dan kiai terus kita lalukan. Sehingga mereka bisa menularkannya kepada sesama guru dan santrinya. Sebab kita tahu lulusan santri sudah banyak yang jadi orang yang sukses," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement