REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Ketua Partai Konservatif Inggris, Barones Warsi menuduh pers Inggris menyembunyikan sebuah "sentimen anti-Islam". Warsi, yang adalah Muslim pertama yang memimpin partai mainstream di Inggris, membandingkan liputan fobia Islampers tahun 2010 dengan perlakuan anti-Semit yang disajikan dalam awal abad 20.
"Jika Anda kembali menengok sejarah dan membaca beberapa judul halaman depan Evening Standard, di mana ada sesuatu yang tertulis tentang komunitas Yahudi Inggris kurang dari 100 tahun yang lalu. Kondisinya sama dengan perlakuan terhadap komunitas Muslim saat ini," ujarnya.
Mengacu pada kolumnis konservatif Petrus Oborne, yang telah mengungkapkan pandangan, bahwa sentimen anti-Islam adalah bentuk yang diterima secara sosial dengan penuh kefanatikan di Inggris saat ini, Warsi menyetujuinya. "Itu sungguh benar," ujarnya pada News Statement.
Sebetulnya, apresiasi warga Inggris terhadap Islam dan penganutnya masih lebih baik dari beberapa negara lain di Eropa, walaupun mereka juga mengatakan kondisi sekarang relatif semakin memburuk, khususnya dalam lima tahun terakhir paska tragedi WTC dan Bom London. Banyak contoh untuk menggambarkan beberapa kebijakan pemerintah Inggris yang cenderung diskriminatif atau fenomena sosial yang tidak mencerminkan kesetaraan sosial yang dijunjung inggris dari dulu. Pasca tragedi Bom London, banyak warga muslim Inggris merasa bahwa hak-hak sosial mereka semakin dimarginalisasi oleh beberapa sikap curiga komponen masyarakat, lebih-lebih pers.
Mereka juga kerap memberi julukan-julukan tertentu bagi Muslim. Misalnya saja, anak-anak Muslim yang orangtuanya berasal dari Pakistan seringkali mendapat ejekan ‘paki’ , atau ‘towel head’ atau ‘bug head’ bagi wanita Muslimah yang mengenakan jilbab atau kerudung.