REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Muhammadiyah memprediksikan hilal 1 Syawal 1431 H tidak mungkin terlihat. Sebab, posisi hilal berada 3 derajat di bawah ufuk. Dengan demikian, kemungkinan terbesar Hari Raya Idul Fitri jatuh bersamaan.
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Fatah Wibisono, pada tanggal 29 Ramadhan 1431 H konjungsi atau ijtimak sebelum matahari terbenam terjadi pada pukul 17.31.01 WIB. Dan saat matahari terbenam hilal masih berada di bawah ufuk. Maka Muhammadiyah mengambil langkah istikmal menyempurnakan puasa Ramadhan 30 hari. ''Di sinilah letak kesepakatan perayaan Hari Raya Idul Fitri,” jelas dia kepada Republika di Jakarta, Selasa (7/9)
Fatah mengemukakan, dalam menentukan keberadaan hilal wujud al hilal, Muhammadiyah menggunakan rukyat bi al-ilmi atau hisab. Terdapat tiga kriteria penting yang dijadikan sebagai tolak ukur wujud al hilal, yaitu terjadinya konjungsi atau ijtimak, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, dan saat matahari terbenam hilal harus berada di atas ufuk. Pijakan penentuan awal Ramadhan apakah hisab atau rukyat memang menjadi salah satu pemicu perbedaan antarormas.
Oleh karena itu, kata Fatah, ke depan perlu ditempuh upaya terus menerus untuk menyatukan persepsi penentuan dan kriteria hilal. Meskipun, harus disadari usaha tersebut tidak mudah dan butuh proses yang lama. Sebab, perbedaan metodologi dan kriteria penentuan hilal juga pernah terjadi di kalangan ulama salaf.
Yang terpenting, ujar Fatah, selama belum disepakati maka masyarakat dihimbau saling menghormati perbedaan yang ada. ”Saya yakin ormas punya keinginan sama berhari raya bareng,” papar mantan wakil sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah itu.