Jumat 27 Aug 2010 19:55 WIB

Makan Sedikit Daging Lebih Islami?

Berbuka puasa dengan daging di sebuah restoran di London. Ilustrasi
Foto: Reuters
Berbuka puasa dengan daging di sebuah restoran di London. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Judul dalam tulisan ini sama persis dengan judul sebuah artikel dalam situs internet terbaik menurut versi Time, Guardian.co.uk. Dalam edisi kemarin, wartawannya, Joseph Mayton, menuliskannya berdasar sejumlah reportase. Ia mengawalinya dengan kalimat: Bagaimana kebiasaan makan daging menurut Islam?

Mayton mewawancarai Syekh Hamza Yusuf, ulama populer Inggris. Menurutnya, secara historis umat Islam makan daging begitu sedikit, bahkan mereka hampir vegetarian. "Daging bukanlah kebutuhan dalam syariah, dan di masa lalu, kebanyakan Muslim makan daging - jika mereka kaya, seperti kelas menengah - seminggu sekali pada hari Jumat.  Jika mereka miskin, maka hanya pada saat hari Raya Idul Fitri dan Idul Kurban."

Di dunia sekarang ini, makan daging adalah kebutuhan vital di semua masyarakat, apapun latar belakang etnis dan agamanya. Bahkan, ada yang menjadikan daging hewan sebagai bagian dari makanan sehari-hari mereka.

Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh Biro Pusat Statistik Mesir, sebanyak  89 persen orang Mesir makan lebih dari 2 kg daging setiap bulan. Angka ini meningkat bersama dengan kelas sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang Mesir kaya sering mengkonsumsi lebih dari 8 kg daging setiap bulan.

Nabi Muhammad bukanlah seorang penganjur makan daging sehari-hari. Yang Beliau anjurkan, binatang itu harus dihargai dan diperlakukan secara manusiawi. Gamal al-Banna, seorang sarjana Islam terkemuka yang telah diserang dalam beberapa tahun terakhir untuk "pendirian liberalnya", menyatakan bahwa menjadi vegetarian tidak melanggar aturan agama dan bukan tidak Islami, tai sebaliknya.

"Ketika seseorang menjadi vegetarian mereka melakukannya karena beberapa alasan: kasih sayang, lingkungan, dan alasan kesehatan," katanya. "Sebagai seorang Muslim, saya percaya bahwa nabi ingin para pengikut sehat, kasih sayang pada sesama, dan tidak merusak lingkungan kita. Jika seseorang percaya tidak makan daging seperti itu, mereka tidak akan masuk neraka untuk itu."

Lainnya tidak setuju, dengan alasan bahwa daging-makan adalah bagian dari tradisi Islam dan, dengan demikian, vegetarianisme adalah gagasan asing untuk Muslim. Di sisi lain, gagasan bahwa hewan hanyalah budak bagi manusia tidak hanya menjijikkan untuk advokasi hak-hak hewan, tampaknya bertentangan dengan ajaran Nabi SAW.

Di akhir tulisannya, Mayton memuji bagaimana Islam bersikap sangat "santun" pada hewan yang akan disembelih untuk dikonsumsi. Ia menyebut penyembelihan halal adalah bagian dari kemanusiaan Islam saat binatang dibunuh untuk makanan. "Ini yang membedakan ajaran Islam dengan lainnya, mereka mengajarkan sestautu yang "manusiawi", bukan sekadar pembantaian," tulisnya.

Oh ya, ia juga menyitir ayat Alquran yang mengungkapkan bahwa semua hewan adalah makhluk hidup, sama seperti manusia. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu." (QS Al An'am [6]:38).  Ayat ini, katanya, adalah salah satu bukti Islam mengajarkan kasih sayang, bahkan pada hewan.

Indah betul, ya, ajaran agama kita?

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement