REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Muhammad Tahir Al Qadri, meneruskan langkahnya. Setelah Maret lalu ia mengeluarkan fatwa tentang terorisme, ia kemudian mengampanyekan pemikirannya. Ia menyasar anak-anak muda untuk mewaspadai terorisme. Al-Hidayah Summer Camp di Warwick University, Inggris menjadi salah satu tempat ia menyampaikan pandangannya.
Pertemuan yang berlangsung tiga hari dan berakhir pada Senin (9/8) lalu, diikuti sekitar 1.300 pemuda Muslim. Qadri, pendiri lembaga Minhaj-ul-Quran International (MQI), ini menyebut pesan-pesan yang ia lontarkan sebagai sebuah pesan kasih sayang untuk seluruh umat manusia.
Di hadapan pemuda Muslim Inggris dan negara Eropa lainnya, Qadri menguraikan makna cinta. Ia menyatakan cinta berarti kemurnian. Ia pun mengaitkannya dengan kata dalam Alquran yang berarti benih. "Tak ada tanaman tumbuh tanpa benih dan tak ada kesalehan tanpa kasih sayang," katanya.
Selanjutnya ia melontarkan pertanyaan. Jika kasih sayang adalah benih dari setiap tindakan kesalehan, bagaimana mungkin aksi terorisme akan membuat Allah SWT akan senang? Ia menegaskan, ekstremis dan teroris sangat minoritas di tengah umat Islam namun mereka sangat vokal.
Mayoritas umat Islam selalu menentang ekstermisme dan terorisme. Sayang, gaungnya tak pernah terdengar. Dalam pandangan Qadri, radikalisasi yang berujung pada aksi terorisme dan ekstremisme merupakan proses perlahan yang bermula dengan sebuah infeksi ideologi.
Infeksi ini harus disembuhkan, jika tidak maka akan menuntun seorang Muslim melakukan aksi teror dan ekstrem. Dalam acara tersebut, Qadri memberikan pula sejumlah cara bagaimana bisa masuk ke lingkungan orang yang dikhawatirkan memiliki pandangan ekstrem, kemudian secara perlahan mempengaruhinya agar mereka berubah.
Qadri rupanya tak ingin tanggung dalam melangkah. Ia mengungkapkan rencananya, sejumlah mobil akan berkeliling ke seantero negeri dalam upaya menghalangi tersebarnya ekstremisme. Mobil itu disulap menjadi perpustakaan berisi buku dan DVD yang didukung oleh sejumlah relawan. “Kami akan mengetuk setiap pintu.” Juru bicara MQI, Shahid Mursaleen, mengatakan selama ini orang banyak bertanya ke mana organisasi-organisasi Muslim moderat. Apa yang mereka lakukan dalam memerangi ekstremisme. "Inilah langkah kami, melatih dan membekali anak-anak muda untuk bisa mengatasi terorisme dan ekstremisme."
Zakia Yusuf (18) dari Manchester, memutuskan merelakan waktu akhir pekannya untuk bergegas ke Warwick dan mendengarkan pernyataan Qadri. Ia memang memiliki tujuan pasti. Ia ingin mendapatkan pandangan yang benar-benar jelas tentang terorisme dan aksi teror.
Zakia pun berkisah. Ia telah mendengar dari banyak orang tetapi mereka tak memberikan panduan jelas tentang apa yang Islam katakan. Ia menilai apa yang disampaikan Qadri semuanya benar. "Terorisme, sesuatu yang tidak benar, ada penjelasannya di dalam Alquran," katanya.
Sementara, Gulnar Khan, seorang pekerja di pusat pengembangan komunitas, menyatakan akan menyebarkan apa yang telah disampaikan acara tersebut. Me nurut dia, perempuan berperan be sar dalam memerangi ekstremis me. “Kami mempunyai pengaruh le bih besar kepada anak-anak, yang akan membentuk masa depan,” tutur dia.
Mohsin Khan (19) juga menyampaikan pandangannya. Ia bertekad terus mendalami ajaran agamanya.
Mengapa terorisme itu salah dan tentang bagaimana menjadi manusia yang lebih baik. "Media sangat suka memberitakan Muslim sebagai teroris. Tentu sangat bagus jika kita menjadi bagian dari upaya memupus hal itu."