Kamis 12 Aug 2010 06:15 WIB

Ketika Rindu Ramadhan di Taiwan Menyergap

Rep: c06/ Red: Krisman Purwoko
Masjid Tainan
Foto: blogspot
Masjid Tainan

REPUBLIKA.CO.ID,Di negara yang mempunyai slogan “The One in Asia You Can’t Miss”, Taiwan, minoritas muslim merindukan nuansa keislaman saat Ramadhan. Terutama bagi muslim pendatang yang kebanyakan tinggal di selatan Taiwan.

Wilayah Chiayi, Taiwan Selatan, merupakan salah satu tujuan mahasiswa muslim asal Indonesia menimba ilmu. Kawasan ini menawarkan keindahan hutan pegunungan, air terjun, dan juga perkebunan teh, dengan cara mendaki ataupun wisata dengan Alishan Forest Railway yang terkenal.

Meski terbilang jumlah muslim di Chiayi terbilang banyak, nuansa keislaman yang spesial tidak begitu terasa. Nidya Citraningrum, seorang mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di jurusan applied physics, National Chiayi University mengatakan Ramadhan di Chiayi terasa sepi.

Tidak ada menu khas puasa, sholat tarawih berjamaah, bahkan masjid di Chiayi pun tidak ada. “Orang-orang Taiwan pun sebagian besar tidak mengetahui puasa yang dilakukan umat muslim,” ujar Nidya kepada Republika, Selasa (10/8) malam.

Maklumlah di negeri yang memiliki area seluas 36,000 km2 dengan populasi penduduk sebanyak 23 jiwa itu, pemeluk Islam adalah minoritas. Oleh karena itu, perhatian masyarakat dan perintah Taiwan terhadap kehadiran bulan suci Ramadhan sangat minim.

Ramadhan tahun 2009 menjadi pengalaman pertama bagi Nidya di Chiayi, Taiwan Selatan. Bagi dia, kali itu adalah pengalaman puasa yang mengharukan tapi tetap berharga. Dia mengatakan, berpuasa di Chiayi termasuk sepi. Suasana keislaman selama Ramadhan hanya dapat dibangun oleh sesama mahasiswa muslim di sana.“Biasanya kami kumpul di rumah teman, lalu mengadakan sholat tarawih berjamaah dalam kelompok kecil,” ujar Nidya.

Tidak ada acara ramadhan besar-besaran dengan orang Indonesia karena di sana tidak ada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Untuk menambah kesan Ramadhan seperti di tanah air, Nidya dan teman sesama muslim pun membuat masakan Indonesia untuk dimakan sendiri.

Meski terdapat suasana Ramadhan yang mencolok, lama waktu berpuasa di Taiwan tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Nidya menjelaskan shalat subuh di Taiwan pukul 04.00 dan magrib pukul 18.40 . “Nggak beda jauh dengan Indonesia lama puasanya, karena sedang summer,” paparnya.

Saat lebaran, Nidya pergi ke kota Tainan atau Kaoshiong karena di kota Chiayi tidak ada masjid. Di masjid Tainan atau Kaoshiong, umat muslim yang datang kebanyakan berasal dari Indonesia. Mayoritas adalah Tenaga Kerja Indonesia. “Ada masjid di Tainan dan Kaoshiong karena jumlah muslim di sana lumayan banyak,” kata Nidya.

Malam lebaran, ujar Nidya mahasiswa muslim di Taiwan biasanya berkumpul. Kemudian menyiapkan bingkisan kecil untuk TKI . Tidak ada menu spesial, masak makanan untuk dimakan sendiri. “Tahun lalu masak opor udang, karena tidak ada ayam dan ketupat,” kata Nidya.

Meskipun kerap dilanda rasa sedih menjalani Ramadhan dan Idul Fitri di di Taiwan, keberadaan teman dan sesama muslim di Taiwan sedikit mengobati perasaan rindu terhadap keluarga di tanah air. Nidya menghungkapkan sehabis sholat Ied berjamaah, jamaah saling bersalaman.“Tiba-tiba saja air mata jatuh saat bersalaman,” ucap Nidya.

Pembangunan Masjid dan Restoran Halal

Menyadari pentingnya fasilitas ibadah dengan umat muslim, seperti dikutip dari situs islaminchina, pemerintah Taiwan bekerja sama dengan pemerintah Saudi Arabia mendirikan masjid Agung para tahun 1950. Masjid Agung adalah masjid terbesar dan termasyhur di Taiwan dengan jumlah wilayah keseluruhan 2.747 meter persegi.

Masjid itu terletak di distrik Daan, Kota Taipei. Masjid Agung menjadi bangunan Islam terpenting di Taiwan dan dicatat sebagai landmark bersejarah pada tanggal 26 Juni 1999 oleh pemerintahan kota Taipei. Karena terletak di jantung kota, masjid Agung adalah tempat pusat ibadah bagi warga Muslim. Sementara hari Jumat siang melihat orang-orang muslim berkumpul di masjid, Minggu telah perempuan dan anak-anak berkumpul untuk kelas membaca Quran.

Masjid kedua di Taiwan terletak di selatan di Taiwan Harbour Modal, Kaohsiung. Masjid Kaohsiung pindah ke sebuah gedung yang dilengkapi lebih 43 tahun setelah pertama kali didirikan pada tahun 1949. Sebelum penyelesaian Masjid Tainan pada tahun 1966, kaum Muslim di Tainan harus pergi ke Kaohsiung untuk kegiatan masjid mereka.

Dengan keberadaan masjid di distrik Daan dan Kaohsiung, tidak mengherankan restoran halal tercantum di buku panduan di kota-kota di mana masjid berada. Taipei menawarkan 12 restoran halal yang menampilkan rasa berbeda dari budaya tetapi tetap lezat. Ai-Jia Qinzheng Beef Noodle Restaurant adalah restoran halal yang paling terkenal. Ini mungkin satu-satunya restoran yang menyajikan hidangan lokal sejak yang lain baik India, Pakistan, Thailand, Turki dan Burma. c06

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement