Ahad 27 Jun 2010 04:20 WIB

Muhammadiyah Ditantang Lebih Responsif Terhadap Kebijakan Publik

Rep: my01/ Red: irf
Para tokoh Muhammadiyah saat bersilaturrahim ke Republika
Foto: Musiron/Republika
Para tokoh Muhammadiyah saat bersilaturrahim ke Republika

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Perjalanan Muhammdiyah sebagai organisasi Islam di Indonesia sudah melampui satu abad. Memasuki abad kedua ini, angkatan muda sebagai generasi penerus menginginkan Muhammadiyah tidak sekadar reaktif terhadap kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah. Akan tetapi, Muhammadiyah mampu meresponsnya melalui tindakan teknis praktis.

Menurut mantan Ketua Umum Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM), Moh Mudzakkir, selama ini Muhammadiyah belum mampu merespons isu kebijakan publik. Padahal, ujarnya, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang mengedepankan pembaharuan seharusnya menjadi pusat pergerakan atau center of action.

"Dalam konteks kebijakan, Muhammadiyah seharusnya memiliki peran strategis sebagai center of action, selama ini sebagai lembaga hanya reaktif terhadap kebijakan publik, " ujarnya ketika dihubungi Republika, Sabtu (26/6). Respons terhadap kebijakan publik, lanjut Mudzakkir, hanya dilakukan oleh segelintir elite Muhammadiyah.

Sementara, sebagai sebuah lembaga belum menunjukkan respons tersebut. "Sebenarnya Muhammadiyah sebagai lembaga sudah siap untuk merespons kebijakan publik. Akan tetapi, selama ini belum jadi gerakan karena yang merespon hanya elite personal. Jadi hasilnya belum memberikan alternatif," jelasnya.

Peran politik tersebut, ujarnya, dapat dilakukan secara proaktif melalui lembaga kajian di Perguruan Tinggi (PT) Muhammadiyah. Selama ini, menurutnya, PT tersebut belum mampu mengikuti perkembangan untuk kemudian dapat melakukan kritik dan advokasi atas kebijakan publik.

Mudzakkir menambahkan, orientasi Muhammadiyah seharusnya sudah meluas ke level global. Menurutnya, selama ini Muhammadiyah masih bergerak dalam sosial keagamaan di level regional. "Muhammadiyah harus mulai berpikir untuk menjadi global civil society (gerakan sosial global)," tegasnya.

Meski demikian, Mudzakkir tetap memiliki optimisme hal tersebut dapat diwujudkan melalui basis keilmuan. Perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah, menurut pemuda Muhammadiyah yang menjabat sebagai wakil sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi tersebut, akan mewujudkan optimismenya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement