Rabu 25 Oct 2017 08:10 WIB

Perempuan Muslim Punya Peran dalam Kemajuan Medis

Dokter perempuan memeriksa pasien laki-laki (ilustrasi).
Foto: http://www.wpclipart.com
Dokter perempuan memeriksa pasien laki-laki (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Perempuan menorehkan warna dalam kemajuan medis di dunia Islam. Mereka tak sebatas menjadi objek kajian, tetapi juga terjun dalam bidang medis sebagai dokter atau perawat kesehatan. Ahli medis pada abad ke-11, Said bin al-Hasan, menyanjung keahlian mereka.

Mereka menyembuhkan pasien setelah memberikan resep obat-obatan. Tenaga medis perempuan sangat terampil menangani masalah-masalah kesehatan kaumnya, kata Said bin al-Hasan. Ia mengungkapkan, dalam beberapa kesempatan, perawat perempuan memberikan bantuan kepada pasien laki-laki. Karena itu, tidak bisa dimungkiri sumbangsih luar biasa kaum wanita dalam upaya memelihara kesehatan masyarakat.

Pandangan serupa disampaikan sejarawan sains, Nil Sari. Pada artikel bertajuk Medicine Medical History, ia mengatakan, perempuan bergerak sebagai tenaga penyuluh hingga praktisi. Bahkan, pada pemerintahan Turki Usmani, sejumlah lembaga kesehatan atau dar al-shifa dirintis oleh perempuan, baik ibunda maupun istri khalifah. Ia mencontohkan, Rumah Sakit Hafsa Sultan di Manisa (1539), Haseki (1550), dan Rumah Sakit  Nurbanu di Istanbul. Ada yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit khusus perempuan.

Lingkup kerja para perempuan yang bergerak di bidang medis sangat luas. Mereka bahkan dilibatkan dalam pelaksanaan operasi bedah. Ada sebutan khusus bagi dokter-dokter perempuan, yaitu tabibe. Di istana khalifah, Topkapi dan Adrianopel, dibentuk satu tim tabibe yang bertugas menjaga kesehatan istri, ibunda, dan anak-anak khalifah.

Pada masa itu, ada seorang dokter perempuan terkenal bernama Meryem Kadim. Prestasi besarnya saat dia berhasil menyembuhkan putra mahkota Abdulmecid dari sakitnya. Dia memperoleh gaji bulanan serta izin keluar masuk lingkungan istana. Satu dari empat dokter di Istana Yildiz pun perempuan. Namanya Gulbeyaz Hatun.

Sejumlah perempuan diketahui bergelut dengan bidang farmasi atau obat-obatan. Dari penegasan sejarawan Abdulaziz Bey, keahlian meracik resep obat umumnya diperoleh secara turun-temurun serta dipelajari dari lembaga resmi. Dengan pengetahuannya yang luas tentang obat-obatan, mereka mampu meracik obat penyakit cacar.

Begitu pula ramuan manjur untuk mengatasi penyakit kulit, batuk, demam, diare, dan banyak lagi. Sementara itu, profesi perawat disebut sebagai kayyum. Pemerintah Usmani mendirikan sebuah sekolah khusus perawat. Besin Omer Pasha tercatat sebagai kepala sekolah perawat pertama. Selain di rumah sakit, perawat juga bertugas di lingkungan militer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement