REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Umumnya orang sudah banyak mengetahui tentang kontribusi laki-laki dalam sejarah Islam dan ilmu pengetahuan. Namun, sering kali gagal untuk mengakui para wanita yang membawa perubahan.
Di samping pria, Muslimah memainkan peran penting dalam dunia Islam pra-modern sebagai cendekiawan, penyair, mistikus, penguasa, dan pejuang.
Banyak Muslimah yang secara aktif terlibat dalam perawatan kesehatan pada masa Nabi Muhammad SAW di medan perang. Beberapa wanita hanya membantu mereka yang terluka, sementara yang lainnya mengambil bagian dalam pertempuran, demikian dikutip dari artikel Madiha Sadaf pada laman About Islam, Rabu (26/12/2024).
Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah
Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah adalah seorang pejuang dan praktisi medis yang terkenal. Juga dikenal sebagai Umm `Ammara, ia adalah salah satu mualaf yang paling awal memeluk Islam.
Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah paling dikenal karena berperang melawan kaum pagan Makkah dalam Perang Uhud. Ketika dia tidak terlibat dalam pertempuran, dia merawat para prajurit yang terluka. Di luar zona pertempuran, dia juga melakukan sunat.
View this post on Instagram
Rufayda binti Saad Al-Aslamiyya
Rufayda binti Saad Al-Aslamiyya, yang juga hidup pada masa Nabi Muhammad SAW sering disebut sebagai perawat pertama dalam Islam. Dia membantu orang-orang yang terluka selama Perang Badar.
Rufayda binti Saad Al-Aslamiyya memperoleh sebagian besar pengetahuan medisnya dengan membantu ayahnya yang seorang dokter, Saad Al-Aslamy. Dia menjadi seorang penyembuh yang ahli, sampai-sampai Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar semua korban luka dikirim ke tendanya untuk mendapatkan perawatan.
Perawat dan praktisi medis wanita Muslim lainnya yang memasuki medan perang dan mengabdikan waktu dan keterampilan mereka untuk menyembuhkan yang terluka pada masa Nabi Muhammad SAW termasuk Umm Sinan Al-Islami (dikenal juga sebagai Umm Imara), Umm Matawe' Al-Aslamiyya dan Umm Waraqa Binti Hareth.