Selasa 19 Jun 2012 21:52 WIB

Hujjatul Islam: KH Abdul Wahab Hasbullah, Pemikir Progresif NU (1)

Rep: Nidia Zuraya / Red: Chairul Akhmad
KH Abdul Wahab Hasbullah.
Foto: Blogspot.com
KH Abdul Wahab Hasbullah.

REPUBLIKA.CO.ID, KH Abdul Wahab Hasbullah adalah salah satu ulama besar yang dimiliki Indonesia. Kiai Wahab merupakan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU), bersama dengan KH Hasyim Asy'ari dan KH Bisri Syansuri.

Ketokohan dan keilmuan yang dimilikinya, telah diakui sejumlah kalangan, apalagi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Kiai Wahab merupakan pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dan membaginya dalam dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai upaya menyatukan dua generasi berbeda, yakni kalangan tua dan muda.

Tahun 1916, ia mendirikan organisasi Islam bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air). Kemudian pada 1926, ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Komite Hijaz yang dikirim ke Makkah untuk bertemu dengan Raja Saud (Arab Saudi), yang bermazhab Wahabi.

Ketika itu, gerakan Wahabi di Makkah berencana untuk menghancurkan berbagai situs Islam agar tidak menjadi 'berhala' bagi umat. Kiai Wahab meminta kebijakan Raja Saud untuk situs-situs Islam tidak dihancurkan. Tujuannya agar umat bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari situs-situs tersebut. Persoalan ini pula yang melandasi pemikiran KH Hasyim Asy'ari untuk mendirikan Nahdlatul Ulama tahun 1926.

Saat pendudukan Jepang di Indonesia, Kiai Wahab pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah). Dan ketika melawan Jepang ini, bersama pasukannya, Kiai Wahab berhasil membebaskan KH M Hasyim Asy'ari dari penjara.

Dan setelah Indonesia merdeka, pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang ini pernah pula menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), bersama dengan Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa.

Haus akan Ilmu

KH Wahab Hasbullah dilahirkan pada Maret 1888, di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, dan wafat pada 29 Desember 1971. Ayahnya, Kiai Said, adalah pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, sedangkan ibunya bernama Fatimah.

Semenjak kanak-kanak, Abdul Wahab dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan. Ia dididik ayahnya sendiri cara hidup seorang santri. Ia diajak shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajud.

Tak hanya itu, sang ayah juga membimbingnya untuk menghafalkan Juz Amma dan membaca Alquran dengan tartil dan fasih. Lalu ia dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil (tipis) dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari hingga yang tebal. Misalnya, Kitab Safinah An-Naja, Fath Al-Qarib, Fath Al-Mu'in, Fath Al-Wahab, Muhadzdzab dan Al-Majmu'. Ia juga belajar ilmu tauhid, tafsir, ulum Alquran, hadis, dan ulum al-hadis.

  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement