Jumat 16 Mar 2018 15:07 WIB

Pemuda yang Diganjar Bidadari Surga

Janji Allah untuk para mujahid sangat nyata.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kisah berikut ini dinukilkan oleh Abd al-Wahid bin Zaid, seorang tokoh sufi terkemuka Bashrah pada masa Dinasti Umayyah, seperti yang terdapat dalam Kitab al-Zuhd wa al-Raqaiq. Kisah tentang janji Allah SWT bagi mereka yang mati syahid dalam peperangan. Allah akan mengganjar mereka kenikmatan surga dengan segala isinya.

Saat itu, pasukan Abd al-Wahid sedang bersiap untuk berperang melawan musuh. Kisah ini terjadi pada zaman keemasan Islam, sekitar zaman Dinasti Bani Umayyah. Beberapa sahabatnya segera bersiap dan membacakan ayat-ayat Alquran yang menegaskan janji Allah tersebut, salah satunya surah at-Taubah ayat 111:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Alquran. Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”

Seorang pemuda yang masih berusia belia, sekira 15 tahun, menghadap Abd al-Wahid. Ia tak lagi memiliki keluarga. Sang ayah wafat dengan warisan melimpah. Sang pemuda adalah pewaris tunggal.   

Pemuda itu bertanya kepada Abd al-Wahid. ''Benarkah Allah akan membayar jiwa dan harta orang-orang mukmin dengan surga?'' tanya sang pemuda. Ia pun membenarkannya.

Sang pemuda pun kemudian menyatakan dirinya sanggup menyerahkan jiwa dan hartanya demi surga dengan maksud ingin ikut jihad berperang.

Abd al-Wahid pun berkata, “Wahai, Saudaraku, sesungguhnya tebasan pedang itu sangat dahsyat, sedangkan engkau masih sangat belia. Aku khawatir, engkau tidak mampu bersabar dan akhirnya lemah ketika menghadapi ujian itu.”

Sang pemuda tetap memantapkan hatinya untuk berjihad di jalan Allah. ''Wahai, Abd al-Wahid , sesungguhnya aku telah menjual jiwaku kepada Allah dengan imbalan surga. Dan, aku sangat bergembira, aku telah bersumpah kepada Allah dengan sungguh-sungguh untuk menyerahkan diriku kepada-Nya,'' katanya menegaskan.

Mendengar perkataan pemuda tersebut, Abd al-Wahid merasa jiwanya berubah menjadi kerdil dan lalai. Ia membayangkan anak laki-laki semuda itu mampu berpikir dengan indahnya.

Kemudian, pemuda itu segera mengambil seluruh harta yang dia miliki dan dia infakkan semuanya kecuali seekor kuda dan persenjataan yang dia miliki. Ketika datang waktu keluar untuk berjihad, pemuda itulah orang yang pertama kali maju untuk berjihad.

Mereka mulai melakukan perjalanan menuju medan perang. Selama itu pula si pemuda selalu memenuhi harinya dengan berpuasa pada siang hari serta menegakkan qiyamul lail pada malam harinya.

Pemuda tersebut juga yang memenuhi keperluan semua perbekalan dan kuda-kuda tunggangan pasukan. Dia juga yang berjaga ketika pasukan yang lain tidur. Terus-menerus, pemuda itu melakukan amalnya sampai pasukan tersebut menghadapi musuh di negeri Romawi.

Suatu hari, sang pemuda pun berkata, "Betapa rindunya aku pada al-ain al-mardhiyyah (nama panggilan untuk bidadari surga)." Abd al-Wahid pun mempertanyakan apa yang dimaksudkan oleh pemuda tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement