Senin 15 Jan 2018 20:28 WIB

Menteng Muslim Center Kupas Tipologi Kafir Menurut Alquran

Peserta pengajian Menteng Muslim Center, akhir Desember 2017
Peserta pengajian Menteng Muslim Center, akhir Desember 2017

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteng Muslim Center kembali menggelar pengajian dengan mengupas tafsir ayat-ayat Alquran Surah Al-Baqarah.

Pengajian keempat Menteng Muslim Center pada akhir Desember 2017 yang dimoderatori ketua umum PB HMI periode 2013-2015 Arief Rosyid Hasan juga dihadiri sejumlah pimpinan organisasi kepemudaan Islam, di antaranya Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini, Ketua Umum Pemuda Hima Persis Nizar Ahmad Saputra, Ketua umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Karman BM, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Al-Washliyah Aminullah Siagian.

Pengajian menghadirkan narasumber Ketua Umum BPL PB HMI Ustaz Arif Maulana yang mengupas mulai dari ayat ke-6 Al-Baqarah, yang bercerita tentang orang-orang kafir.

"Keterangan yang dibuat oleh Alqur’an dalam ayat ke-6 di Al-Baqarah ini, saya kira adalah berkaitan dengan sikap masyarakat Arab ketika datang perintah untuk beriman pada Allah," kata Ustaz Arif Maulana.

Jika dalam ayat-ayat Al-Baqarah sebelumnya menceritakan tentang ciri-ciri orang yang beriman, lanjut Ustaz Arif, kemudian di ayat selanjut berceria tentang orang kafir, dan  bercerita tentang orang munafiq. Menurut Ustaz Arif, Al-Baqarah hendek memberikan tiga ciri manusia respon terhadap kebenaran yakni, beriman, kafir, atau munafiq.  "Apa itu kafir? Secara Bahasa, kata “kafir” paling tidak memiliki 3 makna: ingkar, menolak, dan menutup," ujarnya.

Menurut Ustaz Arif, tiga makna kafir ini sangat mencerminkan akan tipologi manusia manakala diperhadapkan dengan kebenaran: pertama, di antara mereka ada yang dengan sengaja mengingkari, walaupun sebenarnya mereka telah meyakini kebenaran tersebut. "Ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor, bisa karena alasan ekonomi-politik-status sosial, dll," ujarnya.

Kedua, di antara mereka juga ada yang secara langsung menolaknya, tanpa lagi ada ruang untuk dapat memberikan penilaian. Ketiga, di antara mereka ada pula yang langsung menutup diri, menjauh dari kebenaran. "Ketiga hal ini digambarkan dalam satu istilah yang sama, yaitu “kafir”.

Al-quran menerangkan berkaitan dengan ciri-ciri orang kafir ini," kata Ustaz Arif Maulana.

Ustaz Arif menjelaskan bagi orang kafir (orang yang bersikukuh mengingkari kebenaran) sama saja bagi mereka apabila diberi peringatan atau pun tidak. Mengapa? sebab mereka diawali oleh adanya niat dan kesadaran untuk mengingkarinya. Sampai kapan pun mereka tidak akan beriman.  Sikap mereka yang seperti itu berakibat pada tertutupnya mata hati mereka, pendengaran mereka, juga mata mereka.

Semua itu dikarenakan antara diri mereka dengan kebenaran telah mengambil jarak, hingga terdapat tabir di antara mereka. Konsekeunsinya mereka semakin jauh dari kebenaran, dan bersiap menerima siksa Allah. "Dalam bagian lain, Alqur’an mengistilahkan mereka itu 'lebih sesat dari pada binatang ternak'.  Mereka akan terus berdusta, tentang apa yang mereka perbuat namun mereka tidak menyadarinya," kata Ustaz Arif.

Dari tiga ciri di atas, Ustaz Arif menegaskan, Alqur’an menerangkan bahwa pusatnya terletak pada adanya penyakit dalam hati-hati orang kafir. "Sehingga atas sikap mereka itulah jutsru akan menambahnya semakin sakit hingga mereka tertutup dari cahaya kebenaran, yaitu tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah," katanya.

Pengajian yang bertempat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini digelar sebulan sekali yang digagas alumnus program pertukaran pemimpin muda International Visitor Leadership Program (IVLP) ke Amerika dengan tema "Civil Society in Muslim Communities" selama 3 minggu pada Mei 2016.

Mereka adalah delapan pemuda-pemudi Muslim Indonesia, yakni Afri Darmawan (KAMMI Medan), Marzuki (pemimpin Pondok Pesantren Al Barokah, Klaten), Muhammad Milkhan (koordinator Kiai Muda Jateng), Anggia Ermarini (ketua umum PP Fatayat NU), Muhammad Fakhruddin (ketua bidang Hubungan Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah), Yusuf Daud Risin (Sufi Centre Surabaya), Muhammad Arief Rosyid (mantan ketua umum PB HMI), dan Andriyana (mantan ketua umum PP KAMMI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement