Sabtu 23 Dec 2017 06:03 WIB
Belajar Kitab

Pentingnya Mengetahui Manfaat dan Risiko Makanan

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Makanan Sehat
Foto: pixabay
Ilustrasi Makanan Sehat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warisan tentang ilmu nutrisi sebagai bagian tak terlepaskan dari ilmu kedokteran Islam termasuk terapi melalui ilmu taghdziyah atau nutrisi. Para dokter Muslim melalui kitab atau risalah yang ditulisnya telah memperkenalkan gaya hidup sehat dengan tata cara dan rambu-rambu mengonsumsi makanan dan minuman.

Jika ditelusuri dalam literatur Islam klasik yang pernah membahas tentang ilmu kedokteran, uraian tentang nutrisi dikupas secara integral di pembahasan buku yang bersangkutan. Di dalam kitab Al-Qanun At-Thib, karya Ibnu Sina, misalnya, diuraikan secara singkat tentang makanan dan keistimewaan serta manfaatnya yang beragam bagi tubuh manusia.

Selain Al-Qanun At-Thib, juga terdapat sejumlah kitab serupa seperti yang pernah ditulis oleh Yahya Ibnu Masawaih yang bertajuk Al Hamiyyat atau kitab Al Asyrubat. Hunain bin Ishaq juga pernah menulis kitab di bidang sama dengan judul Tadbir Al Ashihha bi Al Matha'am wa Al-Masyrab.

Salah satu karya berharga tentang ilmu nutrisi adalah kitab yang dikarang oleh Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya Ar-Razi bertajuk Manafi' Al Ughdziyah wa Daf'u Madlaruha . Sebuah usaha berharga dari sang maestro yang tersohor dengan julukan Ath-Thabib Al-Awal untuk mengungkap tentang manfaat dan risiko dari makanan atau minuman tertentu.

Beberapa tips dan kiat-kiat atau berapa larangan penting tatkala mengonsumsi makanan atau minuman pun diberikan oleh Ar-Razi sebagai salah satu langkah penting menjaga hidup sehat.

Ar-Razi dalam pembukaan kitabnya mengungkapkan, salah satu faktor yang memicu hasratnya untuk mendalami lebih lenjut tentang nutrisi melalui sebuah karya tulis yaitu sebuah fakta—berdasarkan penilaiannya—bahwasanya ragam kitab tentang nutrisi dan gaya hidup sehat mengonsumsi makanan atau minuman dipandang belum memenuhi standar, alias belum memuaskan

Meskipun disadari betul oleh Ar-Razi, karya-karya tersebut mempunyai peran penting dalam proses pengembangan ilmu nutrisi di kemudian hari. Tetapi, bukan berarti karya-karya tersebut mampu menjawab tiap persoalan tentang nutrisi.

Sebab, menurut Ar-Razi, seharusnya pembahasan tentang nutrisi dijabarkan lebih riil lagi dalam istilah-istilah yang mudah dipahami oleh masyarakat awam bukan malah menukil hal-hal kompleks yang kerap digunakan oleh para filsuf. Sayangnya, hal ini kurang terbaca dengan baik oleh beberapa ilmuwan, taruhlah Galen, seorang dokter yang hidup di era Yunani Kuno.

Karya Yahya Ibnu Masawaih, misalnya, dinilai Ar-Razi tidak memberikan jawaban riil yang memudahkan bagi penikmatnya. Untuk itulah, Ar-Razi berpandangan perlu sebuah karya khusus yang menyebutkan perkara-perkara parsial dan detail yang fokus pula membahas tentang manfaat dan bahaya makanan ataupun minuman.

Ar-Razi juga menyertakan tata cara dan kaidah umum yang penting diperhatikan saat menghidangkan makanan dan minuman. Ar-Razi lantas membagi kitabnya menjadi dua bagian utama. Di bagian pertama, ia menguraikan bahasan-bahasan parsial (juz'iyyat) yang menjabarkan secara khusus tentang persoalan-persoalan manfaat dan risiko makanan atau minuman, sedangkan di bagian kedua, pembahasan lebih berkutat seputar kaidah-kaidah umum (kulliyat) yang masih berkenaan dengan penerapan gaya hidup sehat untuk mengonsumsi makanan dan minuman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement