Selasa 05 Dec 2017 09:37 WIB

Alquran Era Ottoman Ditemukan di Sebuah Kota di Palestina

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Alquran Era Ottoman ditemukan
Foto: Anadolu Agency
Alquran Era Ottoman ditemukan

REPUBLIKA.CO.ID, TABIYE -- Tiga Alquran yang diterbitkan pada masa pemerintahan Ottoman Sultan Abdul Hamid II (1876-1908) telah ditemukan di sebuah masjid di kota bersejarah Tabiye, di wilayah Tepi Barat Palestina. Aziz, muazzin masjid tersebut, mengatakan kepada kantor berita Turki Anadolu Agency pada Senin (4/12), bahwa Alquran tersebut ditemukan saat tengah dilakukan renovasi di Masjid Omar bin al-Khattab. Masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan Abdul Hamid II.

"Kami tidak tahu mereka ada di sana. Alquran itu berada di antara deretan buku lainnya. Kami menemukannya saat renovasi," kata Aziz, dilansir dari World Bulletin, Selasa (5/12).

Menurut kata pengantar dari buku berbahasa Arab tersebut, Alquran itu ditulis tangan oleh seorang juru tulis bernama Seyyid Mustafa Nazif Effendi pada 1887. Sebelum akhirnya diterbitkan oleh sebuah rumah cetak di Istanbul dan dikirim ke pembeli di Palestina.

"Saya terkejut saat pertama kali melihat barang berharga ini. Alquran ini pasti akan memberi kontribusi pada masjid kita, dan kepentingan sejarah kota kita," lanjut Aziz.

Aziz mengatakan, kitab-kitab tersebut akan segera dipajang dalam sebuah pameran. Ia lantas berspekulasi tentang kemungkinan ditemukannya teks antik lainnya di masjid-masjid lain yang dibangun di era Ottoman di wilayah Tepi Barat.

Menilik sejarah di masa lalu, saat Theodor Herzl, pendiri Zionisme modern, gagal meyakinkan Sultan Abdul Hamid II untuk mengizinkan imigran Yahudi mendirikan sebuah 'tanah air' Yahudi di Palestina. Saat itu, wilayah Palestina merupakan wilayah kekuasaan Ottoman.

Namun, Herzl akhirnya berhasil mendapatkan dukungan dari Kerajaan Inggris melalui Deklarasi Balfour pada 1917. Dalam hal ini, sultan diketahui memiliki kata-kata pesan terkait wilayah Palestina.

"Saya tidak akan menjual apapun, tidak ada satu inci pun dari wilayah ini, karena negara ini bukan milik saya, melainkan untuk umat-Ku. Umat saya akan menjual tanah ini dengan harga yang sama dengan yang mereka bayar untuk penaklukannya: darah."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement