REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya orang-orang yang mengaku sebagai nabi akhir-akhir ini ternyata telah diprediksi Rasulullah SAW. Meski dalam Alquran dan hadis telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan penutup, namun di setiap zaman dan waktu, terus bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai nabi.
Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 40 berfirman, '' Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” Rasulullah pun bersabda, ''Aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”
Prediksi akan munculnya orang-orang yang mengaku sebagai nabi diungkapkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwatkan Abu Dawud. '' Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”
Di era kepemimpinan Rasulullah SAW, sudah muncul seorang pria asal Yaman yang bernama Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts Al-Kadzdzab. Ia mengklaim dirinya sebagai nabi. Selain itu, di Yamamah, juga muncul nabi palsu bernama Musailimah bin Tsumamah bin Habib Al-Kadzdzab.
Pada masa Nabi, dari Bani Asad juga muncul seorang nabi palsu bernama Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal. Pada tahun sembilan Hijrah, Thulaihah datang bersama kaumnya kepada Nabi dan menyatakan keislamannya. Ketika Nabi sakit keras, dia memproklamirkan dirinya sebagai nabi. Selain itu, ada pula seorang nabi palsu bergender perempuan bernama Sajah binti Al-Harits bin Suwaid. Nabi palsu dari Bani Tamim itu mengaku sebagai utusan tuhan, setelah Nabi SAW wafat.
Setelah Khulafaur Rasyidin berkuasa pun menucul fenomena nabi palsu. Dikisahkan Ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas RA, “Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu.” Ibnu Abbas berkata, “Dia benar.” Abu Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, “Ibnu Abbas mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?”
Ibnu Abbas lalu berkata, Sesungguhnya wahyu itu ada dua macam; wahyu dari Allah dan wahyu dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW. Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya.” Lalu, Ibnu Abbas pun membaca ayat, “Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada kawan-kawannya untuk membantah kalian.” (QS. Al-An’am: 121).
Pada masa pemerintahan, Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia pun didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.’ Kemudian, al-Harits menyatakan dirinya sebagai nabi. Tentu saja, nabi palsu.
Disarikan dari Dialog Jumat Republika