Rabu 18 Oct 2017 04:21 WIB

Muslim Grenada Kesulitan Membangun Masjid

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Pembangunan masjid   (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pembangunan masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pada 1977 Syekh Fuzloo Rahaman dari San Fernando Trinidad memerintahkan anak-anaknya yang menjadi pengusaha mewakafkan setengah lantai atas Bobby's Tyre Mart. Area itu akan dimanfaatkan untuk membangun jalan Tyrel di atas stasiun pemadam kebakaran.

Lokasi ini kemudian dikenal sebagai Islamic Center. Fasilitas bangunan ini dimanfaatkan untuk shalat Jumat, Tarawih, dan kegiatan lainnya selama 18 tahun.

Pada 1982 lima bersaudara mengadakan pertemuan untuk membentuk Grenada Islamic Foundation (GIF). Nama ini diusulkan oleh Omaar as Syarif. Anak-anak mulai belajar di sana. Mereka mendapatkan pengetahuan dan juga akhlak mulia. Pada 1994 GIF mulai mendapatkan pengakuan.

Anggota parlemen setempat Francis Alexis memotivasi masyarakat untuk mendukung sekolah tersebut. Tahun 1980 Asosiasi Siswa Muslim terbentuk di Fakultas Kedokteran Universitas St George.

Penanggung jawabnya adalah seorang Muslim bernama Hosein. Dia merupakan ahli strategi dakwah di wilayah Karibia. Komunitas Muslim di Genada terus berkembang. Hal tersebut menandakan mereka membutuhkan tempat ibadah yang lebih besar.

Mereka pun membeli gedung Panache di L'Anse Aux Epines di selatan pulau. Tapi, karena anggarannya kurang, setelah tiga tahun mengumpulkan, mereka pun tidak sanggup untuk menyelesaikan transaksi pembeliannya.

Karena tak ada lagi ruangan, mereka meminta kementerian olahraga agar dapat menyewa Youth Center di Grand Anse sebagai tempat shalat Jumat. Mereka menyewa selama dua tahun.

Selama masa ini, mereka tak hanya menyelenggarakan shalat berjamaah, Muslim Grenada mem buka sebuah klinik pengobatan as-Shifa yang melayani semua orang di Grenada tanpa dipungut biaya. Klinik ini dikelola oleh Ateef Qureshi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement