Kamis 27 Jul 2017 15:53 WIB

Balitbang Kemenag Kembangkan Tradisi Lisan di Madrasah

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Kegiatan Masa ta'aruf siswa madrasah (Matsama) 2017 di MTS Negeri 1 Bogor (Ilustrasi)
Foto: Andi Nur Aminah/Republika
Kegiatan Masa ta'aruf siswa madrasah (Matsama) 2017 di MTS Negeri 1 Bogor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Tradisi lisan di sejumlah daerah di Indonesia kini hampir punah. Untuk mencegah hal itu, Balai Litbang Agama Jakarta berupaya mengembangkan kembali tradisi lisan, terutama di Madrasah Aliyah.

 

Upaya itu di antaranya melalui kegiatan workshop Panduan Pengembangan Tradisi Lisan dalam Lembaga Pendidikan Bagi Guru Madrasah Aliyah, di salah satu hotel di Kota Cirebon, Rabu-Jumat(26-28/7). Workshop itu diikuti sedikitnya 70 orang peserta yang di antaranya terdiri dari kepala Kemenag Cirebon dan sekitarnya, kepala madrasah danguru madrasah.

 

"Kegiatan ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian tentang tradisi lisan di tujuh daerah," kata Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Workshop, Mahmudah Nur, di sela pembukaan workshop, Rabu (26/7)malam.

 

Mahmudah menyebutkan, ketujuh daerah yang diteliti pada 2016 itu terdiri dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan,Lampung, Kepulauan Riau, Banten, Cirebon (Jabar), dan Bandung (Jabar). Hasilnya terungkap bahwa tradisi lisan di daerah-daerah itu sudah hampir punah. 

 

Mahmudah menjelaskan, workshop itudi antaranya bertujuan memberikan pengetahuan tentang tradisi lisan di madrasah kepada tenaga pendidik dan praktisi budaya. Selain itu, merumuskan pedoman tradisi lisan yang akan dikembangkan di madrasah.

 

Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, MAdlin Sila, menambahkan, pengembangan kembali tradisi lisan itu merupakan upaya mengembalikan warisan budaya masa dengan ciri khas dari sisi mediumnya yang diturunkan secara turun temurun. Dia menyatakan, tradisi lisan telah terberangus oleh tradisi tulis menulis yang datang dari barat.

 

"Ada yang hilang ketika tradisilisan tidak dijadikan medium sentral di masyarakat," kata Adlin, saat membuka workshop itu.

 

Khusus di lingkungan sekolah/madrasah,lanjut Adlin, penyampaian mata pelajaran kepada siswa akan lebih mudah jika diiringi dengan tradisi lisan. Selain itu, kedekatan antara siswa dengan guruyang lebih banyak mengambil model bercerita dalam menyampaikan mata pelajaran, juga akan lebih terjalin.

 

Dengan bertutur, akan adainteraksi. Perhatian dari siswa pun akan lebih terbangun dengan model berceritadibandingkan instruksional, tutur Adlin.

 

Adlin mengakui, tradisi lisan sudah biasa dilaksanakan di lingkungan pesantren. Dia berharap, tradisi lisan jugabisa berkembang di tingkat madrasah, terutama madrasah aliyah.

 

"Tradisi lisan ini bagus untukanak-anak yang kini cenderung pasif akibat maraknya penggunaan gadget," tegas Adlin.

 

Kepala KantorKemenag Kabupaten Cirebon, Imron menyatakan, tradisi lisan oleh madrasah di lingkungan pesantren di Kabupaten Cirebon selama ini lebih dominan dibandingkan madrasah di luar lingkungan pesantren.

 

Melalui tradisi lisan, penyampaian pengetahuan kepada anak-anak akan lebih mudah membekas hingga anak-anak itu tumbuh dewasa, tandasImron.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement