Kamis 23 Mar 2017 15:17 WIB

Fikih Informasi untuk Menjaga Tatanan Sosial

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Wanita berjilbab/wanita main gadget. (Republika/Darmawan)
Foto: Republika/ Darmawan
Ilustrasi Wanita berjilbab/wanita main gadget. (Republika/Darmawan)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Muhammadiyah melihat dunia informasi sekarang sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. Namun, banyak informasi yang mengandung kebohongan, fitnah, dan informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dibutuhkan adanya fikih informasi untuk menjaga tatanan sosial masyarakat dari pengaruh informasi yang tidak baik.

"Pengaruh yang luar biasa itu diikuti oleh banyak konten-konten informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Muhammadiyah melihat hal ini membahayakan eksistensi maupun tatanan sosial di masyarakat," kata Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi, Dadang Kahmad kepada Republika saat Expert Meeting Fikih Informasi di Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka, Kamis (23/3).

Dadang mengatakan, hari ini, Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah menyelenggarakan expert meeting bersama ahli fikih dan pakar informasi. Tujuannya untuk mendengarkan ide-ide dari para pakar. Sehingga, dari ide-ide tersebut terwujud sebuah hasil kompilasi pemikiran yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan fikih informasi.

Dia berharap, ke depannya orang-orang Muslim di Indonesia bisa menjadikan fikih informasi sebagai pegangan bermedia sosial. Minimal bisa dijadikan acuan dalam berinteraksi dengan dunia informasi. "Umpamanya menghabiskan waktu dengan gadget apakah itu tidak melanggar norma kemubaziran waktu, gadget dibawa ke toilet boleh atau tidak kalau di dalamnya ada Alquran, termasuk hukum menyebarkan berita bohong," ujarnya.

Menurut Dadang, fikih informasi bisa dijadikan pegangan orang-orang yang perhatian dengan masalah-masalah keagamaan. Meski mungkin di zaman modern seperti sekarang ini agama tidak lagi menjadi acuan utama dalam kehidupan. Tapi, daripada tidak ada upaya sama sekali, lebih baik berupaya dengan membuat fikih informasi.

Dia menceritakan, digambarkan dalam kisah Nabi Ibrahim AS, ada seekor burung yang membawa air ke tengah kobaran api. Burung tersebut dianggap tidak akan ada artinya membawa air untuk memadamkan api. Kemudian, burung tersebut menjawab, setidaknya sudah berkontribusi untuk memadamkan kobaran api. Upaya burung tersebut lebih baik daripada tidak ada upaya sama sekali.

"Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar, maka ini (fikih informasi) pun sebuah usaha, mudah-mudahan usaha ini berhasil, targetnya tahun 2017 akhir ini sudah terbentuk (fikih informasi)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement