REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedudukan al-Quds, Palestina, sangatlah penting bagi umat Islam. Pemimpin Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al-Ayyubi, merebut al-Quds dari cengkeraman tentara salib. Bukti keistimewaan al-Quds tak hanya termaktub oleh Kitab Suci. Keutamaan kiblat pertama umat Islam itu tercatat pula di beberapa hadis Rasulullah.
Pada era Shalahuddin itulah, muncul beragam kitab yang mencoba menguak tentang keutamaan al-Quds secara spesifik. Salah satunya ialah kitab Fadlail al-Quds yang ditulis oleh abu al-Faraj Abdurrahman Ibn Ali Ibn al-Jauzi. Karya Ibn al-Jauzi ini tergolong langka. Langka karena manuskrip kitab tersebut hanya diperoleh di Universitas Princeton, New Jersey, Amerika Serikat.
Ibnu al-Jauzi, yang menerima kabar keberhasilan Shalahuddin itu tanggal 27 Rajab 583 H, diminta oleh sejumlah warga al-Quds untuk menulis sebuah kitab yang secara khusus mengupas tentang hadis-hadis keutamaan wilayah tersebut.
Ibn al-Jauzi dianggap berkompeten lantaran kepiawaiannya menguasai hadis baik secara riwayat maupun dirayat. Kendati harus diakui, ia belum pernah menginjakkan kakiknya di bumi al-Quds. Seandainya ia melihat secara langsung kiblat pertama umat Islam, niscaya akan banyak persepsi yang lebih utuh tentang al-Quds yang ia peroleh.
Sedangkan, hadis-hadis yang diriwayatkan dalam kitabnya tersebut memiliki tingkat validitas yang beragam, ada yang musalsal hingga Rasulullah, sebagiannya hanya sampai ke Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Said bin al-Musayyib, Ka'ab al-Akhbar, atau Ibnu Abbas.
Sumber riwayat yang diperoleh Ibnu al-Jauzi berasal dari guru-guru nya secara langsung ataupun dinukil dari sejumlah kitab. Misalnya, dalam kitab ini, Ibn Al Jauzi memperoleh sanad hadis dari sang guru, Abu al-Ma'mar al-Mubar Ibn Ahmad al-Anshari. Total riwayat yang ia dapatkan dari gurunya itu berjumlah 20 riwayat.
Ibn Al Jauzi memaparkan dalil-dalil yang menyatakan tentang keutamaan al-Quds. Dalil-dalil itu terangkum di 27 bab. Di bab yang pertama, ia mengutip sebuah ayat tentang kisah yang menceritakan peristiwa tatkala Firaun mengejar Musa dan kaumnya.
Allah SWT berfirman, Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu.(QS al-Maidah [6] : 21). Adapun yang dimaksud bumi tanah suci itu ialah Palestina atau al-Quds. Menurut Az Zajaj, ada beberapa alasan mengapa Palestina disucikan antara lain karena di tempat dosa-dosa kecil bisa dihapuskan.
Alasan lainnya mengatakan bahwa makna disucikan ialah al-Quds dijauhkan Allah dari segala bentuk dan aktivitas syirik sehingga menjadi tempat singgah para nabi.