Jumat 31 Jul 2015 00:04 WIB
Penyerangan Masjid di Papua

Forum Zakat Berharap Pembangunan Masjid di Tolikara Lancar

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Papan nama Masjid Baitul Mutaqqin, Karubaga, Tolikara.
Foto: Twitter
Papan nama Masjid Baitul Mutaqqin, Karubaga, Tolikara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim Tolikara telah berdamai dengan pemimpin Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) atas kejadian penyerangan dan pembakaran masjid di Tolikara, Papua pada 17 Juli, lalu. Forum Zakat berharap perdamaian itu bisa membuat pembangunan kembali masjid bisa berjalan aman dan lancar.

Koordinator Sinergi Tolikara dari FOZ Wilayah Papua Raya, Andi Mangewai mengatakan, Sinergi FOZ telah mengumpulkan anggaran sekitar Rp 2 miliar untuk pembangunan masjid. Dana itu adalah sumbangan dari umat Islam seluruh Indonesia melalui lembaga zakat, ormas Islam, masjid, dan komunitas Islam.

"Bantuan itu harus segera kami berikan kepada muslim di Tolikara. Dana tersebut selain untuk pembangunan masjid juga untuk pemberdayaan ekonomi di Tolikara,"  kata Andi.

Pada Rabu (29/7), malam, Wakil Komunitas Muslim Tolikara, Imam Masjid Baitul Muttaqin Ali Mukhtar bertemu dengan Presiden GIDI, Pendeta Dorman Wandikbo beserta jajaran pemimpin gereja. Itu adalah mediasi perdamaian yang diinisiasi oleh Ketua FKUB Papua, Pendeta Lipiyus Biniluk, dan Ketua PW Nahdlatul Ulama Papua, Tony Wanggai.

Dorman Wandikbo mengatakan, GIDI menyesalkan seluruh kejadian di Tolikara. "Kami semua adalah korban, setelah ini banyak umat GIDI di beberapa daerah yang mengalami intimidasi," katanya. GIDI siap melakukan perdamaian sampai seterusnya.

Sementara, Ali Mukhtar mengatakan, puluhan tahun hidup di tanah Papua tidak pernah ada sengketa agama dengan gereja manapun. "Saya sudah kenal lama dengan pemimpin GIDI di Tolikara, tak ada masalah, Papua tanah damai," katanya.

Pertemuan itu juga berhasil membentuk Tim Sebelas, yang terdiri dari perwakilan GIDI Tolikara, Muslim Tolikara, dan tokoh lintas agama. Mereka merumuskan naskah perdamaian yang lebih substantif dan berusia panjang agar kejadian yang sama tak terulang lagi di seluruh Tanah Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement