Jumat 30 Jan 2015 10:15 WIB

Pemimpin Muslim AS: Kebebasan Berpendapat Harus Menghormati Keyakinan

Rep: Satya Festiani/ Red: Bilal Ramadhan
Para pendemo warga Prancis mendukung Charlie Hebdo.
Foto: Reuters
Para pendemo warga Prancis mendukung Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin agama Islam di AS menilai kebebasan berpendapat dan batasannya harus diimbangi dengan rasa hormat terhadap nilai-nilai moral suatu komunitas. Hal itu untuk mencegah adanya pengucilan dari sebuah grup dan juga mencegah timbulnya radikalisme.

Sejak majalah Charlie Hebdo diserang, banyak perdebatan mengenai kebebasan berpendapat dan munculkan radikalisme di Eropa. Tiga pemimpin Muslim AS menekankan bahwa kebebasan berpendapat harus dilindungi, tetapi jangan dieksploitasi sehingga menyinggung kepercayaan lain.

"Harus ada batasannya tetapi batasan tersebut bukan untuk mencegah kekerasan. Batasan tersebut bersifat moral," ujar Direktur Eksekutif Kajian Muslim Gallup Center, Dalia Mogahed, seperti yang dikutip dari Anadolu Agency, Kamis (29/1).

Dalia mengutuk penyerangan di Paris dan menekankan bahwa penyerangan tersebut tidak bisa diterima oleh Islam. Direktur Eksekutif Badan Hubungan Islam Amerika, Nihad Awad, mengatakan bahwa Islam membenarkan kebebasan berpendapat, tetapi Islam tidak membenarkan kekerasan terhadap seseorang.

"Al Quran meminta Nabi Muhammad SAW untuk bersabar menghadapi cibiran terhadap dirinya," ujarnya.

Kendati demikian, setiap orang harus memiliki batasan dari kebebasan berpendapat yang mereka lakukan. Nihad mengatakan, batasan tersebut harus menjadi inisiatif dari orang tersebut, bukan berasal dari luar.

Presiden Pusat Studi Islam dan Demokrasi di Washington, Radwan Masmoudi, setuju dengan pendapat Nihad.

"Kebebasan berpendapat tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menghina suatu grup agama," ujar Radwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement