Ahad 27 Mar 2016 07:20 WIB

Islam dan Filosofi Continuous Improvement

Jama'ah berdoa setelah Shalat Ashar saat acara Dzikir Nasional 2015 yang diadakan di Masjid At-Tin, Jakarta Timu, Kamis (31/12)
Foto: Republika/Raisan al Farisi
Jama'ah berdoa setelah Shalat Ashar saat acara Dzikir Nasional 2015 yang diadakan di Masjid At-Tin, Jakarta Timu, Kamis (31/12)

Oleh Purwo Udiutomo, GM Beastudi Indonesia – Dompet Dhuafa

“The best revenge is to improve yourself” (Ali bin Abi Thalib)

Terminologi Continuous Improvement tidak terlepas dari konsep Kaizen di Jepang yang bermakna perbaikan terus-menerus atau perbaikan berkelanjutan. Perbaikan ini bersifat sedikit demi sedikit (step by step improvement), komprehensif dan terintegrasi dengan filosofi Total Quality Management (TQM).

 

Karena terintegrasi dengan TQM, pembahasan tentang Continuous Improvement kerap melebar ke ranah manajemen mutu, mulai dari siklus Plan-Do-Check-Action (Deming Cycle), waste management (Muda, Mura, Muri), hingga konsep zero defect atau bahkan six sigma lengkap dengan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Kajian teori yang menarik pun sebenarnya filosofi continuous improvement lebih sederhana dan aplikatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement