Selasa 29 Dec 2015 09:01 WIB

Populasi Muslim Belgia Kebanyakan Berusia Muda

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslim Belgia
Muslim Belgia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertengahan November lalu, dunia internasional dikejutkan dengan serangan Paris. Serangan itu tidak hanya berdampak kepada masyarakat Paris, tetapi konstelasi dunia Islam secara global.

Seorang warga negara Belgia, Abdelhamid Abaaoud, diduga menjadi otak serangan tersebut. Ia diketahui berasal dari Molenbeek, pinggiran Brussels, sebuah daerah yang dikenal sebagai rumah para ekstremis.

Orang pun serta-merta memalingkan pandangan ke arah negara di bagian barat benua Eropa ini. Belgia terletak bersisian dengan Belanda, Luksemburg, Prancis, dan Jerman.

Dilansir dari Euro Islam, jumlah Muslim di Belgia diperkirakan antara 320 ribu-450 ribu atau sekitar empat persen dari total populasi. Lain halnya dengan Belanda, Belgia tidak mempunyai hubungan dengan dunia Islam selama periode kolonial. Gelombang migran dari negara-negara Muslim dimulai pada awal 1960-an.

Turki dan Maroko adalah dua kelompok migran Muslim paling dominan di negara itu. Selebihnya, ada sebagian kecil dari Aljazair, Tunisia, Bosnia Herzegovina, Pakistan, Lebanon, Iran, Suriah, dan Mesir. Semakin hari, populasi kian bertambah pesat. Sama halnya di negara-negara Uni Eropa, populasi Muslim di Belgia kebanyakan berusia muda.

Sebuah studi menunjukkan, populasi migran Maroko telah melampaui jumlah migran asal Italia, yang tak lain adalah kelompok imigran terbesar di negara itu. Nama-nama Arab seperti Mohammed dan Sarah telah menjadi nama yang paling populer di Brussels selama 20 tahun terakhir. Beberapa laporan media lokal menyebut, imigran asal Maroko dan negara-negara Muslim turut meninggalkan jejak terhadap statistik tersebut.

Populasi Muslim paling banyak terkonsentrasi di Brussels serta daerah industri bagian selatan yang berbahasa Prancis. Mereka dapat juga ditemukan di Antwerpen, Liege, Hainaut, wilayah Charleroi, dan Limburg.

Negara secara resmi mengakui tujuh agama; Katolik Roma, Protestan, Yahudi, Anglikan, Islam, Kristen Ortodoks, dan kelompok humanis sekuler. Kelompok terakhir ini juga diakui sebagai agama dan badan penyelenggara mereka, Central Council of Non-Religious Philosophical Communities of Belgium, menerima dana sama besar dengan enam agama lain.

Secara politik, sejumlah politisi Muslim telah duduk di parlemen Belgia sejak paruh pertama tahun 2000-an. Pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah umum untuk siswa di bawah usia 17 tahun. Meski telah diakui sejak 1974, komunitas Muslim baru memiliki perwakilan resmi dengan negara pada 1998 karena kuatnya sikap sektarian.

Kontestasi antara Muslim asal Maroko dan Turki sangat menonjol, ditambah keinginan Pemerintah Belgia untuk menghindari para "fundamentalis" membuat situasi menjadi lebih rumit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement