Selasa 19 May 2015 19:54 WIB

Perang Salib Awal Islamofobia Muncul di Eropa?

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Nasih Nasrullah
Kelompok Pegida yang dikenal anti-Islam.
Foto: Telegraph
Kelompok Pegida yang dikenal anti-Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Islamofobia yang belakangan marak di AS dan Eropa, memiliki akar sejarah yang kuat di masa lalu. Ketakutan terhadap pengaruh Islam yang semakin meluas mulai tertanam di kalangan masyarakat Barat untuk pertama kalinya semasa Perang Salib (antara 1095–1291) yang melibatkan tentara Muslim dan Kristen Eropa.

Pada masa-masa itu, Kekaisaran Bizantium dan Gereja Roma menggunakan propaganda sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslimin.

“Para sejarawan mencatat, jumlah orang Islam dan Yahudi yang terbunuh di al-Quds (Yerusalem) selama berlangsungnya Perang Salib tidak kurang dari 70 ribu jiwa,” ungkap A Said Gul dalam tulisannya, History of Islamophobia and Anti-Islamism yang dimuat oleh the Pen Magazine (2011).

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia (Spanyol), beberapa jenis pertikaian yang terjadi antara penduduk Kristen dan Muslim  juga didasari oleh fobia terhadap Islam. Puncak dari konflik itu adalah Reconquista, yakni penaklukan kembali Semenanjung Iberia oleh kaum Kristen Eropa yang ditandai dengan runtuhnya Emirat Granada pada 1492.

Setelah runtuhnya Emirat Granada, penindasan yang dilakukan rezim Kristen terhadap penduduk Muslim meningkat di Eropa. Umat Islam yang tersisa di Andalusia diusir ke Afrika Utara atau dipaksa memeluk agama Kristen. Kebebasan mereka sebagai warga negara benar-benar juga dibatasi sejak itu.

Menurut catatan sejarah, Raja Philip III dari Spanyol mengusir 300 ribu Muslim Andalusia antara 1610 dan 1614 lewat titah yang ia keluarkan pada 22 September di 1609. Melalui praktik tersebut, rezim Barat berusaha melenyapkan semua jejak peradaban Islam yang nyata-nyata telah banyak memberikan kontribusi dalam proses pencerahan Eropa.

“Semua peristiwa yang dialami kaum Muslimin sejak Perang Salib hingga Reconquista jelas-jelas merupakan bagian dari wajah anti-Islamisme atau Islamofobia yang terus berevolusi di tengah-tengah masyarakat Barat, bahkan sampai hari ini,” ujar A Said Gul lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement