Kamis 08 Mar 2018 13:44 WIB

Fir'aun: Antara Kekuasaan dan Kebodohan

Fir'aun modern itu masih muncul di tengah-tengah masyarakat.

Dosen Pascasarjana Sahid-Bogor M Abrar Parinduri.
Dosen Pascasarjana Sahid-Bogor M Abrar Parinduri.

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: M Abrar Parinduri*

Dialah anak muda bernama Nabi Musa AS. Fisiknya yang kuat serta pikirannya yang cerdas membuat Fir'aun yang mengaku rajadiraja manusia murka. Fir'aun tak mau ada orang lain yang lebih hebat daripada dirinya. Tapi Musa bukanlah pengecut, ia turuti kemauan Fir'aun ketika menantangnya untuk unjuk kebolehan ilmu di istana laknatullah 'alaih itu.

Fir'aun tak mengerti, orang yang sedang dihadapinya adalah anak muda yang cerdas dan jenius. Ketika Fir'aun mempersilahkan antek-anteknya untuk memperlihatkan ilmu sihir yang mereka punya, Nabi Musa pun tak mau kalah, semua tongkat yang telah berubah menjadi ular tersebut, dimakan oleh tongkat Nabi Musa karena telah berubah jua menjadi ular yang lebih besar.

Karena merasa dipermalukan oleh Nabi Musa, Fir'aun laknatullah 'alaih itu murka lalu meminta kepada para prajuritnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Musa As. Dia (Nabi Musa) merasa diperlakukan tidak adil, hingga akhirnya memutuskan untuk melarikan diri sejauh mungkin agar terhindar dari kejaran bala tentara Fir'aun.

Pada umumnya orang melarikan diri mencari tempat yang lebih tinggi seperti bukit atau gunung, tapi berbeda dengan Nabi Musa, dia justru lari menuju laut. Melihat kejadian ini, Fir'aun tersenyum karena dia tahu tidak ada jalan lain bagi Nabi Musa untuk lari selain mati tenggelam di laut atau menyerahkan diri kepadanya.

Fir'aun lupa bahwa selalu ada pertolongan Allah SWT kepada orang yang merasa terdzhalimi, dan akhirnya Allah tunjukkan pertolongan itu kepada Nabi Musa. Pukullah tongkatmu ke laut itu wahai Musa, niscaya engkau bisa berlari menyebrangi laut tersebut, begitu perintah Allah SWT kepada Nabi Musa.

Fir'aun dan para pengikut, dengan kebodohannya mereka pun melewati jalan yang terbentang di tengah laut yang terbelah itu. Ketika Nabi Musa sudah sampai di ujung jalan, laut yang terbelah kembali bersatu dan secara serta merta menenggelamkan kisah Fir'aun dengan kesombongannya.

Fir'aun modern itu masih muncul di tengah-tengah masyarakat. Karena ingin melanggengkan kekuasaan, ia gunakan segala macam cara untuk memfitnah para lawannya atau mencari pendukung dari kalangan yang paling bodoh dari dirinya. Tapi sedikit di antara kita yang mau menjadi Nabi Musa, memilih menghindar setelah berusaha meluruskan sang durjana Fir'aun daripada berjalan beriringan bersama Fir'aun modern itu, sekaligus juga memperjalas dimana level kita yang sesungguhnya.

*Dosen Pascasarjana Sahid-Bogor

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement