Oleh: KH. Muhammad Arifin Ilham
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keadilan adalah di antara buah rahmatan lil'aalamiin. Ia adalah misi terbesar Islam setelah kebenaran, bahasa setiap hati nurani, pilar kedamaian, ketenangan, keamanan, kesejahteraan, dan keselamatan. "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat bijak, berbuat baik pada kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS an-Nahl [16]: 90).
Keadilan adalah penyebab Allah jatuh cinta pada hamba-Nya (QS al-Muntahanah [60]: 8). Dan, Rasulullah SAW menempatkan sebagai peringkat pertama dari tujuh golongan umatnya yang mampu menegakkan keadilan sebagai pihak yang akan mendapatkan pernaungan ternyaman pada saat kegetiran Hari Pengadilan.
Ketahuilah, wahai saudaraku sebangsa dan setanah air, terutama para pemangku kepentingan di negeri ini! Allah melarang keras mereka yang mempermainkan hukum keadilan berdasarkan hawa nafsunya, kebencian, atau dendam atau tidak berbuat adil karena cinta, keluarga, atau kerabatnya. "Janganlah kalian berbuat zalim karena kebencian kalian." (QS al-Maidah [6]: 8). "Berbuat adillah walau kepada orang terdekatmu ...."(QS al-An'am [7]: 152).
Rakyat di republik ini menyaksikan dengan terang-benderang lakon para pemimpinnya. Kita sudah teramat kentara melihatnya, bagaimana mereka berani dan seperti tanpa dosa mempermainkan hukum dan keadilan. Diamnya rakyat bukan berarti tidak peduli, apalagi rakyat jelata yang sudah susah dan sesekali saja menemukan nasi dalam seharinya. Tumpukan kekecewaan, marah, dan kesedihan bercampur baur yang suatu saat pasti akan meruah tumpah.
Untung masih ada iman, masih ada harapan, masih ada pejuang keadilan, masih ada anak bangsa negeri ini yang menangis di keheningan malam yang bermohon kepada Allah untuk keberkahan dan keselamatan negerinya. Meski hati nurani yang mengimani dahsyatnya Hari Keadilan sudah tidak dipedulikan lagi karena mata batin mereka sudah rabun dengan syahwat dunia.
Ikhwah fillah, keadaan ini seharusnya membuat kita semakin takut kepada Allah. Karena, kezaliman yang diperbuat oleh salah satu saja dari para pemimpin kita akan mengundang azab bala bencana. "Jika Kami berkehendak menghancurkan suatu negeri, Kami jadikan para pemimpin yang diamanahi kekuasaan itu berbuat zalim di negeri itu. Akibat perbuatan kezaliman pemimpin mereka, turunlah azab kepada mereka dan Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS al-Isra [15]: 16).
Simak dengan iman, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kerabatmu. Jika itu kaya atau miskin, Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena menyimpang dari kebenaran. Dan, jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS an-Nisa [4]: 135).
Allahumma ya Allah, bimbing dan ajarkan kami agar semakin takut kepada-Mu dan takut pada hari akhirat yang semua tabir rahasia dibuka. Ya Rabb, kami rindu pemimpin yang berwibawa, yang sangat takut kepada-Mu, dan mengajak kami takut kepada-Mu. Pemimpin yang mengajak kami hidup dalam syariat-Mu dan bahagia dalam sunah Nabi-Mu. Duhai Allah, selamatkan kami dari murka-Mu. Amin.