REPUBLIKA.CO.ID, Munculnya ide program nasional Empowering Indonesia berawal dari kegelisahan saya melihat kondisi masyarakat Indonesia yang sangat menyedihkan. Bayangkan, pada tahun 2006 14 persen penduduk di DKI Jakarta dalam kondisi stres, bahkan 1-3 persen-nya dalam kondisi akut. Pada 2007 ada hasil riset yang menyebutkan bahwa 11, 6 persen penduduk dengan umur 15 tahun ke atas mengalami depresi dan cemas. Pada tahun 2010 diketahui sekitar 19,6 juta orang mengalami gangguan jiwa. Pada saat yang sama, jumlah psikolog atau psikiater hanya 0,22 : 100.000 orang. Padahal menurut standart WHO seharusnya 1 : 30 ribu orang.
Di sisi lain, terapi yang ada pun membutuhkan biaya dan proses yang panjang. Bahkan untuk teknik-teknik tertentu, waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama lagi. Dan, tentu saja biayanya lebih besar lagi. Jadinya, sudah bermasalah, harus keluar uang banyak. Belum lagi soal kesiapan mental, waktu, dan energi yang akan terkuras banyak? Jadi tidak heran bila, banyak di antara orang yang bermasalah tersebut harus menghentikan terapinya di tengah jalan.
Bukan itu saja, saat melakukan training atau memberikan konsultasi, saya menemukan dan menerima keluhan kalau banyak pegawai-pegawai perusahaan---mulai dari staf hingga manajer--- yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa, namun pada faktanya tidak menunjukkan kinerja ideal seperti yang diharapkan. Bahkan terkadang menjadi salah satu sumber masalah bagi rekan kerja lainnya. Ketika ditelusuri lebih dalam hingga akar masalahnya, salah satu sumber masalahnya disebabkan oleh masalah-masalah psikologis (rasa sakit hati, kebencian, dendam, curiga yang berlebihan, marah yang tidak terkendali, terkendali, phobia, cemas yang akut, rasa rendah diri dan tidak berarti, dan ...............................[silahkan diisi sendiri ya, apa yang Anda rasakan]) yang belum terselesaikan. Dalam ilmu psikologi, kondisi tersebut dinamakan, unfinish business problem. Masalah-masalah yang belum terselesaikan yang pada akhirnya menjadi penghalang munculnya potensi kita yang sebenarnya sangatlah powerfull.
Ketidakberhasilan dalam pembinaan ini ditemukan juga dalam dunia pendidikan dan pola pengasuhan orangtua. Mengapa hal tersebut terjadi? Ternyata, pola pembinaan dan pendidikan kita belum mengikuti salah satu petunjuk dari Al-Qur'an surah al-Jumu'ah ayat 2. Dalam ayat tersebut ditafsirkan secara sederhana bahwa dalam melaksanakan pembinaan/pendidikan (tarbiyah) ada 4 hal utama yang harus dilakukan, yaitu (1) membacakan (menjelaskan dengan efektif), (2) menyucikan jiwa (membersihkan masalah-masalah psikologis/penyakit hati), (3) mengajarkan kitab (mendidik dengan cara memberikan pedoman tertulis seperti Alquran), dan (4) hikmah (mendapatkan pemahaman melalui teladan Rasulullah atau as-Sunnah).
Kebanyakan para pimpinan, guru, orangtua, trainer/konsultan yang hebat, baru menjalankan point no 1, yaitu menjelaskan dengan efektif. Seringkali mereka lupa dengan point no 2, yaitu membersihkan masalah-masalah psikologis yang menghambat proses penyerapan informasi dan optimalisasi potensi. Bahkan bisa jadi, point no 3 yaitu mendidik dengan cara memberikan pedoman tertulis, dan point no 4, memberikan pemahaman melalui teladan juga belum dilakukan dengan efektif. Jadi, jangan berharap pembinaan kita akan berhasil, kalo belum beres masalah psikologis orang yang kita bina.
Di samping itu, ada hambatan besar lainnya dalam penerapan ilmu konseling, psikoterapi, dan coaching. Saat ini, yang berlaku umum dalam setiap konseling, klien dituntut untuk mengungkap atau menceritakan masalahnya secara detail atau bermasalah dengan siapa? Hal inilah yang masih sulit diterapkan di Indonesia, karena budaya sikap menutupi masalah merupakan tuntutan psikologis alamiah dari masyarakat. Apalagi salah satu ajaran agama Islam---yang dianut oleh mayoritas penduduk negeri ini--- melarang untuk membuka aib diri sendiri dan orang lain. Izz bin Abdussalam dalam buku, Ensiklopedia Akhlak Muhammad, mengatakan, "Menutup aib manusia adalah tabiat manusia yang menjadi kekasih Allah". Inilah hambatan terbesar dalam menjalankan teknik terapi konvensional umumnya yang menuntut pengungkapan pengalaman dan masalah secara detail. Kalaupun ada klien yang bersedia membuka permasalahannya, kecenderungnya tidak mengungkap 100%, sehingga hasil diagnosisnya pun menjadi kurang akurat karena berasal dari informasi yang tidak lengkap. Pada akhirnya, konseling / terapinya pun tidak 100% sesuai dengan kebutuhan dari permasalahan tersebut. Sehingga, peluang kesembuhan 100%-nya sangatlah kecil.
Kenyataan-kenyataan inilah yang mendorong saya untuk menemukan teknik psikologi yang mudah dipahami dan diaplikasikan oleh siapa saja. Prosesnya pun cepat. Tidak memerlukan obat atau alat khusus. Dan, hasilnya efektif---cepat terasa. Apalagi, dalam prosesnya tidak harus menuntut klien menceritakan masalahnya (aib) secara detail. Jadi, ketika kita bisa menerapkan teknik psikologi ini, maka selain kita bisa mengurangi masalah/penyakit psikologis kita sendiri, kita juga bisa membantu orang lain disekitar kita untuk menjadi lebih baik lagi dan terperdayakan potensinya. Efek domino nya adalah bila semakin banyak masyarakat Indonesia terperdayakan potensinya dan berkurang masalah psikologisnya, maka Indonesia menjadi lebih terperdayakan, Empowering bahasa gaul nya. Itulah tujuan utama program nasional Empowering Indonesia.
SET sebagai Tools
Smart Empowerment Technique (SET) merupakan tools yang menjadi jawaban atas kegelisahan saya selama ini, dimana betapa tidak mudah dan tidak murahnya kita melakukan terapi psikologis. Inilah teknik psikologi yang memberdayakan diri, sekaligus terapi mandiri dengan ciri khas sebagai teknik yang aplikatif, mudah, dan cepat. Terdiri dari 10 teknik dengan berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan, masalah, cara berpikir manusia yang berbeda-beda. Bahkan, ada teknik yang tidak perlu tahu masalahnya dan atau bermasalah dengan siapa. Sehingga setiap teknik yang ada dalam SET akan efektif bagi siapa pun, bahkan untuk tipikal orang yang tertutup dan tidak ingin masalahnya diketahui orang lain. Teknik-teknik SET inilah yang disebut dengan SMART dalam memberdayakan potensi diri (otak, Jiwa, dan tubuh) yang berujung pada upaya mencapai kebahagiaan. Dimana kata SMART-nya sendiri merupakan akronim dari S-imple, M-ultitechnique, A-pplicative, R-esourceful, T-ime quickly.
Proses elaborasinya dimulai sejak tahun 1999. Puluhan buku dipelajari, ratusan jurnal penelitian dikaji, dan belasan tahun praktik dilakukan. Pada awalnya, nama tekniknya adalah Self Control Training. Pertama kali disampaikan dalam Simposium Nasional Psikologi Islami II tahun 2005. Lalu, berubah menjadi Simple Empowerment Technique yang disampaikan dalam Forum Nasional Psikologi Islami tahun 2009 dan Konferensi Internasional Psikologi Islami tahun 2011. Pada akhirnya sampailah pada Smart Empowerment Technique (SET).
Tentu, dalam perjalanan panjang elaborasi konsep SET ini ada banyak kekurangan. Setelah menganalisa saran dan peluang perbaikan terhadap SET dari berbagai sumber, baik dari hasil tesis penulis yang berjudul "Arsitektur Teknologi Informasi Yayasan Azka Edukasi Bangsa dalam Mengembangkan Layanan Terapi berbasis Internet" dan saran dari master guru penulis, yaitu DR. H. Fuad Nashori, Psikolog, bahwa perlunya meningkatkan landasan ilmiah dan melibatkan para psikolog dalam menyempurnakan teknik-teknik SET, maka penulis telah menyusun karya ilmiah yang telah disampaikan dalam National of Islamic Psychology Simposium II pada tahun 2005, National of Islamic Psychology Forum pada tahun 2009 serta International Conference of Islamic Psychology Forum pada tahun 2011. Dan, konsep SET serta cikal bakalnya juga dimuat di dalam Jurnal Psikologi Islami pada tahun 2006 dan buku International Conference & The 3rd Congress of Association of Islamic Psychology pada Juli 2011.
Di samping itu, untuk mendapatkan masukan dan pengembangan teknik-teknik SET, penulis beberapa kali mengadakan training dan diskusi yang melibatkan para para praktisi, psikolog, dosen, dan mahasiswa psikologi dari berbagai kampus seperti Universitas Islam Indonesia (S1 dan Magister Profesi Psikologi), Universitas Indonesia, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Islam Sultan Agung. Serta (di saat buku ini dalam proses penerbitan) penulis sedang melakukan penelitian untuk menguji efektifitas teknik SET dari sisi empirik kuantitatif.
Perubahan demi perubahan nama ini merupakan atribusi dan atau tujuan awal adanya SET itu sendiri. Yaitu ingin mencari teknik pemberdayaan diri dan terapi psikologi yang lebih sederhana, banyak pilihan teknik, aplikatif-efektif, fleksibel dan cepat dirasakan hasilnya.
Kolaborasi Teknik
Setiap temuan baru, selalu diawali oleh temuan sebelumnya. Begitu pula dengan SET. Teknik SET merupakan proses seleksi dan kolaborasi dari berbagai teknik psikologi dan pengembangan diri. Semua teknik dielaborasi dengan menggunakan nilai-nilai Islam dan prinsip SMART (S-imple, M-ultitechnique, A-pplicative, R-esourceful, T-ime quickly). Sumbernya berasal dari kalangan ahli psikologi, trainer, ahli terapi alternatif, dan ahli agama. Semisal, teknik hipnoterapi, Neuro Linguistic Programming (NLP), Quantum touch, logoterapi, terapi penyembuhan Nursyifa dan teknik terapi psikologi lainnya. Sehingga dari 10 teknik SET, ada beberapa teknik yang sangat mirip dengan teknik-teknik tersebut. Namun demikian, ada perbedaan isi dan tata cara khusus dalam beberapa langkah prosesnya sehingga lebih efektif, cepat, dan mudah.
Misalnya, dari hipnoterapi, SET hanya menggunakan teknik sejenis Waking Hynosis (teknik hipnoterapi yang hanya mengondisikan klien dalam kondisi relaks dan tetap sadar) untuk mempercepat proses relaksasi klien untuk masuk ke gelombang alpha dan atau theta.
Sedangkan dari teknik-teknik NLP, SET hanya memilih dan mengelaborasikan beberapa teknik saja yang mudah, cepat, dan praktis. Demikian juga dengan konsep Fitrah, dan nila-nilai ibadah lslam lainnya. Semisal, teknik Swish pattern-nya NLP dijadikan teknik mengubah persepsi yang dimodifikasi untuk orang-orang yang trauma, phobia, atau sakit hati. Lalu teknik Anchoring-nya NLP dimodifikasi untuk teknik menciptakan tombol dalam membangun mind setting dan motivasi. Sementara teknik 6 Step Reframing-nya dimodifikasi untuk teknik berdialog dengan hati nurani.
Sedangkan teknik Empty Chair-nya ilmu psikologi menjadi teknik Role Play yang telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan nilai-nilai Islam dan referensi lainnya, sehingga lebih cepat, aplikatif, dan efektif. Elaborasi dari Quantum Touch dan terapi penyembuhan Nur Syifa serta proses pembelajaran lainnya yang penulis dapatkan dari pengalaman pribadi dan sumber lainnya disistematisasikan menjadi teknik Transfer Energi.
Dari praktik ibadah dzikir dan proses relaksasi melalui meditasi dan pengaturan nafas yang rileks disatukan menjadi Teknik Meditasi Dzikir. Serta yang menarik adalah konsep Hikmah keraguan yang penulis dapatkan ketika mempelajari metode berpikir ilmiah ahli sufi Islam. Konsep hikmah keraguanlah yang memberikan bobot pemahaman yang lebih besar ketika menggunakan teknik eksplorasi reframing dan teknik mengubah persepsi. Sedangkan konsep Terapi Cinta, merupakan hasil elaborasi penulis ketika melakukan riset tentang kebermaknaan hidup dan pengalaman pribadi penulis ketika kuliah di fakultas Psikologi. Konsep cinta inilah yang mewarnai semua teknik SET. Bahkan cinta adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh SETer. Dan, yang terakhir adalah teknik Bersyukur. Teknik ini murni dari konsep Islam yang sudah ada dalam banyak literatur yang telah dielaborasi dengan teknik psikologi umumnya yang bertujuan mempercepat proses penerimaan diri dan ikhlas, sehingga cepat masuk ke dalam kondisi rileks pada gelombang alpha dan theta, sehingga pikirannya lebih mudah disugesti dan diprogram.
Dalam mewujudkan tujuan utama program nasional Empowering Indonesia, kami telah menjalankan beberapa aktivitas, antara lain :
Menulis buku Smart Empowerment Technique (SET) yang telah diterbitkan oleh penerbit Republika sebanyak 4000 eks
Mengadakan berbagai training berbasis SET yang telah diadakan di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Makassar, Yogya, Semarang, Batam, Bengkalis, Palembang, Sukabumi, Tasik, Aceh, Ketapang. Training SET ini telah diberikan kepada berbagai kalangan masyarakat, semisal santri-pelajar-mahasiswa, guru-dosen-pengasuh pondo pesantren, orang tua, pegawai, pengusaha, sarjana psikologi, psikolog, marbot-takmir masjid dan masyarakat umum lainnya. Topik-topik yang diberikan antara lain:
- SET professional
- Teaching skill based on SET
- Parenting program based on SET
- Coaching-counseling based on SET
- Training for Trainer based on SET
- Leadership Development program based on SET
- Teambuilding based on SET
Mengadakan program psikoterapi massal (dalam rencana)
Bekerjasama dengan berbagai media channel, semisal :
- Program live SET di stasiun Ummat TV selama 13 episode pada Mei-Juni 2015
- Kanal khusus Empowering Indonesia di Republika Online, sejak Agustus 2015
- Memuat tulisan-tulisan dan link video teknik-teknik SET di www.azkaedukasibangsa.com dan media social lainnya
- Memuat link video di Youtube
- Menjalin kerjasama dengan Republika untuk mengelola rublik konsultasi Psikologi & Parenting
Dan saat ini sedang dalam proses penyusunan aplikasi terapi psikologi berbasis internet.
Besar harapan kami, program nasional Empowering Indonesia ini terus berjalan cepat dan melebar ke seluruh kota di Indonesia, sehingga Indonesia yang terperdayakan / empowering semakin cepat terwujud.
Bila ingin kerjasama dengan kami, silahkan kontak :
Khari S, S.Psi, M.Psi (cand), 085255623469, [email protected], [email protected]
Ika S M, S.Psi, CNLP, 081808474675, [email protected]
M Soleh, S.Psi, MM, CNLP, 0818749089, 082122585148, [email protected]
Mohamad Soleh, S.Psi, MM, CNLP (Founder Empowering Indonesia)