Selasa 13 Mar 2018 11:16 WIB

Peran Bangsa Turki dalam Perkembangan Islam

Pengaruh Turki telah ada sejak zaman Abbasiyah.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
 Umat Muslim Turki menunaikan Shalat Idul Fitri di Masjid Sultan Ahmad, Istanbul, Ahad (25/6).
Foto: AP/Emrah Gurel
Umat Muslim Turki menunaikan Shalat Idul Fitri di Masjid Sultan Ahmad, Istanbul, Ahad (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki berperan penting dalam perjalanan sejarah Islam, khususnya dalam hal futuhat (pengembangan wilayah) Islam. Pengaruh Turki dalam perkembangan Islam mulai terasa sejak masa Abbasiyah.

Sejak itu, bangsa Turki senantiasa terlibat dalam jatuh bangunnya berbagai dinasti Is lam. Mereka juga membentuk sejumlah dinasti besar di dunia Islam, seperti Mamluk, Seljuk, dan Utsmani.

Setelah Utsmani jatuh, Turki menjadi republik. Meski demikian, jejak kebesaran Islam tak sirna dari negeri ini. Hal itu tampak dari banyak nya peninggalan bersejarah dan mayoritas penduduknya yang Muslim. Masjid Sultan Ahmad, Aya Sofia, dan Istana Topkapi adalah beberapa saksi sejarah kejayaan Islam di Turki. 

Masjid Sultan Ahmad

Berdiri megah di Kota Istanbul (Ibu Kota Kesultanan Utsmaniyah dari 1453-1923), masjid ini merupakan bukti kebesaran Turki Utsmani dan Islam pada masa lalu. Masjid Sultan Ahmad dibangun pada 1609-1616 untuk menghormati penguasa Utsmani saat itu, Sultan Ahmad I, yang kemudian menjadi nama masjid ini.

Masjid yang diarsiteki oleh Sedefhar Mehmet Aga ini dikenal juga dengan nama Masjid Biru karena pada masa lalu interiornya berwarna biru. Akan tetapi, cat biru tersebut ternyata bukan merupakan bagian dari dekorasi asli masjid sehingga cat tersebut dihilangkan. Sekarang interior masjid tak lagi berwarna biru.

Aya Sofia

Istanbul yang sebelumnya bernama Bizantium, lalu Kon stantinopel, dibangun sekitar 658 sebelum Masehi oleh bangsa Megarians, salah satu koloni Yunani. Kota ini ber batasan langsung dengan Selat Busphorus yang memi sahkannya dari Benua Asia di timur.

Pada masa kekuasaan Bizantium, bangunan ini ber fungsi sebagai gereja. Pada 27 Mei 1453, ketika pemimpin Uts mani, Sultan Mehmed II, berhasil menguasai Konstantinopel, ia langsung turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Aya Sofia dan memerintahkan untuk mengubahnya menjadi masjid.

Selama lima abad, Aya Sofia berfungsi sebagai masjid. Patung, salib, dan lukisannya dicopot atau ditutupi cat. Pada 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Aya Sofia menjadi museum.

Istana Topkapi

Kesultanan Turki Utsmani berkuasa selama beberapa abad dan salah satu sultan terkenalnya adalah Sultan Mehmed II. Dia lah yang memerintahkan pembangunan istana untuk tempat tinggal para sultan, yakni Istana Topkapi.

Didirikan di atas tanah seluas 700 ribu meter persegi, Istana Topkapi mulai dibangun pada 1453. Istana yang kini menjadi museum itu pernah ditempati oleh sedikitnya 24 sultan dari Dinasti Turki Utsmani hingga 1839 M.

Selain sebagai tempat kediaman sultan, istana yang memiliki ratusan kamar ini juga merupakan pusat pemerintahan Turki pada masa lalu. Istana yang terletak di titik pertemuan Selat Bosphorus, Tanjung Tanduk Emas, dan Laut Marmara ini merupakan bangunan khas Turki yang dihiasi taman-taman elok dengan pohonpohon besar nan rindang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement