Laporan Jurnalis Republika Lintar Satria Zulfikar dari Pidie Jaya, Aceh
REPUBLIKA.CO.ID,PIDIE JAYA — Korban banjir bandang Pidie Jaya, Aceh, mengungsi ke Masjid Tuha, yang merupakan situs cagar budaya makam kuno. Warga terpaksa mengungsi pada Selasa (26/11/2025) setelah tiga hari hujan deras. Air bah pun menghantam pemukiman warga setempat.
Warga bergegas mengungsi ke masjid seperti banjir-banjir sebelumnya. Meski demikian, hujan tidak kunjung berhenti, banjir pun tak surut-surut. Banjir yang biasanya tidak pernah masuk ke dalam masjid juga mulai masuk ke pelataran masjid.
Warga pun harus berdiri selama hampir delapan jam karena genangan air di dalam masjid hampir setinggi betis orang dewasa. Masjid tempat warga mengungsi merupakan masjid tertua di daerah itu. Imam Masjid Zul Armili mengatakan Mesjid Tuha dinobatkan sebagai Situs Cagar Budaya sekitar 2019 lalu.
"Ada tiga batu nisan, dari zaman Kerajaan Aceh, diyakini itu makam alim ulama," kata Zul di dalam masjid yang kini berfungsi sebagai pengungsian, Rabu (3/12/2025).
Zul mengatakan sejak dulu sudah terlihat ada batu nisan di halaman masjid. Meski demikian, tidak ada yang tahu siapa yang bersemayam di makam tersebut. Tulisan bahasa Arab di batu nisan itu juga hanya tersisa sebagian.
Guru pesantren yang terletak di seberang masjid itu mengatakan, beberapa tahun yang lalu, Mesjid Tuha terkena pelebaran jalan. Tiga makam itu pun dibongkar dan kemudian dimakamkan kembali di samping masjid. Saat itu, Mesjid Tuha ditetapkan Situs Cagar Budaya Makam Kuno.
Zul mengatakan, Mesjid Tuha merupakan salah satu masjid tertua di Kecamatan Meureudu karena tiga ratus tahun yang lalu masjid itu terletak di tepi sungai. Kemungkinan, menurut Zul, alim ulama dari luar singgah di tepi sungai dan mendirikan Mesjid Tuha.
Lihat postingan ini di Instagram




