Selasa 02 Dec 2025 08:55 WIB

Cucu Mbah Hasyim Bicara Soal Hikmah di Balik Bencana Sumatera: Jangan Sibuk Debat Azab atau Ujian

Gus Fahmi menekankan pentingnya taawun atau tolong menolong.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Foto warga yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Berdasarkan data dari BPBD Tapanuli Selatan Senin (1/12), sebanyak 50 orang meninggal dunia dan 46 orang belum ditemukan akibat bencana banjir bandang dan longsor pada Selasa (25/11) di wilayah Tapanuli Selatan.
Foto: ANTARA FOTO/Yudi Manar
Foto warga yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Berdasarkan data dari BPBD Tapanuli Selatan Senin (1/12), sebanyak 50 orang meninggal dunia dan 46 orang belum ditemukan akibat bencana banjir bandang dan longsor pada Selasa (25/11) di wilayah Tapanuli Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjelang akhir tahun 2025, banjir dan longsor melanda sejumlah wilayah di Sumatera. Rumah-rumah warga terendam, akses transportasi terputus, dan ribuan masyarakat harus mengungsi demi menyelamatkan diri. 

Seperti musibah-musibah lain yang kerap datang silih berganti di Tanah Air, bencana ini menghadirkan luka dan kerugian, namun juga kembali menguji cara pandang serta keteguhan masyarakat dalam menghadapinya.

Baca Juga

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang, KH Fahmi Amirullah Hadziq menegaskan bahwa Islam sejak awal telah memberikan tuntunan ketika manusia berhadapan dengan musibah. “Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersabar ketika menghadapi musibah,” ujar cucu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari itu dalam wawancara bersama Republika, Selasa (2/11/2025).

photo
Kondisi sekolah yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Bencana banjir bandang yang terjadi pada Selasa (25/11) lalu menyebabkan sejumlah fasilitas dan banggunan sekolah rusak. - (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Kiai yang akrab disapa Gus Fahmi ini menyebutkan, setiap manusia pasti akan diuji oleh Allah sebagaimana ditegaskan dalam Al-Baqarah ayat 155. Mengeluh, menurutnya, tidak mengubah keadaan. Justru kesabaranlah yang memberikan nilai pahala bagi seorang hamba."Musibah itu sudah terjadi. Mengeluh tidak ada artinya. Tapi kalau kita bersabar, kita mendapat pahala,”kata dia.

Kesabaran, lanjutnya, merupakan kualitas yang tidak boleh dibatasi. Ungkapan “sabar itu ada batasnya” adalah keliru. Sebab, Allah menjanjikan pahala yang tak terbatas bagi orang yang bersabar, sebagaimana disebutkan dalam akhir Surah Az-Zumar ayat 10.

Terkait ayat Alquran yang menyebut kerusakan di darat dan laut akibat ulah manusia (Ar-Rum: 41), Gus Fahmi menjelaskan bahwa maknanya tidak terbatas pada kerusakan ekologis. Ia meliputi dua jenis bencana: alam dan non-alam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement