Sabtu 18 Oct 2025 14:30 WIB

Zakat Diharapkan Jadi Pilar Utama Indonesia Emas 2045

Zakat dinilai bisa menjadi instrumen strategis mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Hafil
Deding Ishak.
Foto: MPR
Deding Ishak.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Ketua Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Deding Ishak menegaskan pentingnya penguatan peran zakat sebagai pilar utama dalam memakmurkan bangsa. Deding menyoroti bahwa pengelolaan zakat harus aman secara syar’i dan representatif terhadap ulama, ahli fikih, serta para pakar. 

Pernyataan itu disampaikan Deding dalam Webinar Peran Zakat Wujudkan Kesejahteraan Bangsa yang digelar Jaringan Muslim Madani pada Jumat (17/10/2025). 

 

“Jika kita memperbaiki dan memajukan umat Islam Indonesia, maka pada hakikatnya kita sedang memajukan bangsa Indonesia,” kata Deding dalam kesempatan itu. 

 

Sejak berdirinya BAZNAS pada 1991, Deding mengamati semangat pengelolaan zakat tetap konsisten sebagai instrumen kesejahteraan nasional. Deding meyakini zakat sebagai instrumen strategis mendukung visi Indonesia Emas 2045. Sehingga Deding mendorong agar arah kebijakan zakat lima tahun ke depan selaras dengan Asta zcita Pemerintahan Prabowo.

 

“Zakat bukan sekadar kewajiban spiritual, tapi juga sosial dan ekonomi. Ia harus berjalan berdampingan dengan pajak, bukan terpisah,” ujar Kiai Deding.

 

Deding mengidentifikasi dua tantangan utama. Pertama, penghimpunan zakat dimana Potensi nasional mencapai Rp327 triliun, namun belum tergali maksimal. Kedua pendayagunaan zakat dimana penyaluran harus efektif, transparan, dan berdampak pada pemberdayaan ekonomi.

 

"Pengelolaan zakat adalah soal kepercayaan. Oleh karena itu, seleksi pimpinan BAZNAS mendatang harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan," ujar Deding. 

 

Deding juga mendorong sinergi antara BAZNAS, pemerintah, BUMN, dan jaringan masjid untuk memastikan zakat dihimpun dari mereka yang memiliki kewajiban syar’i. Deding menyoroti pentingnya digitalisasi agar muzakki dapat memantau penyaluran zakat secara real time. 

 

"Transformasi mustahik menjadi muzakki juga penting. Contohnya komunitas pengrajin emping di Banten yang berhasil diberdayakan melalui zakat produktif," ujar Deding. 

 

Oleh karena itu, Deding berharap BAZNAS menjadi lembaga yang amanah, transparan, dan dicintai masyarakat. 

 

"Ingat zakat, ingat BAZNAS. Karena dari zakat, kita membangun keberkahan dan kemandirian bangsa,” ujar Deding.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement