Kamis 16 Oct 2025 18:48 WIB

Media Amerika Sorot Indonesia, Azerbaijan, dan Pakistan Damaikan Gaza

Dunia mengaku peran Presiden Prabowo dalam perdamaian di Gaza.

Presiden Prabowo Subianto bersama kepala negara lainnya saat menghadiri KTT perdamaian Timur Tengah di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025). Presiden RI Prabowo Subianto turut menjadi saksi penandatanganan dokumen gencatan senjata Gaza dalam KTT perdamaian Timur Tengah. Penandatanganan itu dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump bersama sejumlah mediator seperti Qatar, Mesir, dan Turki.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Presiden Prabowo Subianto bersama kepala negara lainnya saat menghadiri KTT perdamaian Timur Tengah di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025). Presiden RI Prabowo Subianto turut menjadi saksi penandatanganan dokumen gencatan senjata Gaza dalam KTT perdamaian Timur Tengah. Penandatanganan itu dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump bersama sejumlah mediator seperti Qatar, Mesir, dan Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana pembentukan pasukan perdamaian di Gaza kini memasuki babak baru, dengan nama-nama besar seperti Indonesia, Azerbaijan, dan Pakistan disebut-sebut sebagai kandidat kuat.

Berdasarkan laporan dari media Amerika, Politico, ketiga negara ini tengah melakukan negosiasi intensif untuk mengirimkan pasukan guna menjaga stabilitas di Jalur Gaza. Kabar ini disampaikan oleh seorang pejabat pertahanan AS, yang mengatakan bahwa ketiga negara tersebut menunjukkan minat paling besar untuk terlibat dalam misi kemanusiaan yang sangat sensitif ini.

Baca Juga

Namun, pembentukan pasukan ini masih membutuhkan waktu, bahkan mungkin berbulan-bulan. Diplomat dan pengamat menilai rencana ini masih menghadapi banyak ketidakpastian. Banyak yang meragukan apakah usulan ini, yang awalnya digagas di era pemerintahan Trump, dapat terwujud sepenuhnya.

Beberapa pihak meyakini bahwa rencana ini hanya bisa berjalan jika kesepakatan gencatan senjata tercapai, dan itu pun dengan syarat pembebasan seluruh tahanan yang masih tersisa di Gaza.

Seorang mantan pejabat tinggi Timur Tengah di Pentagon, Dan Shapiro, memperkirakan bahwa proses pembentukan pasukan ini akan memakan waktu sekitar dua hingga tiga bulan sejak keputusan diambil. Namun, ia juga menyoroti kompleksitas yang ada, terutama karena koordinasi dengan Indonesia dan Azerbaijan berada di luar lingkup Komando Pusat AS.

Hingga saat ini, pemerintah AS belum mengumumkan tim teknis atau badan khusus untuk mengawal upaya ini, sehingga progresnya belum terlihat signifikan.

Terlepas dari perkembangan di atas, Amerika Serikat telah mengirimkan 200 personel militernya ke wilayah pendudukan Palestina. Pasukan ini ditugaskan untuk membantu mengkoordinasikan upaya gencatan senjata dan stabilisasi di Jalur Gaza, serta ditempatkan di sebuah pusat koordinasi sipil-militer di Gaza utara.

Di pusat yang sama, pasukan dari Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab juga dikabarkan akan bergabung. Pasukan Mesir sendiri saat ini sedang fokus membantu proses evakuasi jenazah tahanan yang tewas di Gaza. Dengan demikian, meski belum pasti dan penuh tantangan, upaya internasional untuk membawa perdamaian ke Gaza terus berjalan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement